Menjadi hacker tidak selamanya berkonotasi buruk. Selama ini hacker sering diartikan sebagai perusak. Padahal, secara definitif yang demikian itu lebih tepat jika disebut sebagai cracker. Meski serupa, namun cracker lebih bersifat destruktif, dan secara sengaja melawan keamanan komputer, bahkan kerap merubah atau menghapus halaman milik orang lain. Seorang cracker, banyak melakukan aktivitas pencurian data, atau menggunakannya untuk kepentingan pribadi sebagai usaha pengembangan keuntungan.

Lantas, bagaimana dengan hacker? Meski memiliki kemampuan yang sama, seorang Hacker menggunakan kemampuan analisa yang dimiliki untuk memberikan notifikasi dini kepada pemilik aplikasi atau portal informasi. Biasanya, seorang hacker melakukannya hanya demi memenuhi tantangan tertentu. Bahkan ada yang menyebut aktivitas hacker adalah suatu aktivitas seni. Tentunya terkait dengan seni keamanan data dan informasi.

Untuk mengakomodir energi lebih dari para hacker, Massachusetts Institute of Technology (MIT) melalui MIT Energy Club menyelenggarakan MIT EnergyHack pada pertengahan Desember (12/12) 2018 baru lalu. Ini adalah event keempat dari pagelaran MIT EnergyHack. Sebelumnya event serupa dikenal sebagai MIT Energy Hackathon.

Guna merebut total hadiah $ 4.500, terdapat lebih dari 100 hacker dari seluruh penjuru dunia, menjajal kemampuan mereka dengan turut terbang ke Amerika Serikat. Di antara mereka, juga terdapat 35 mahasiswa dari China.

“Untuk menarik talenta terbaik, kita harus berinovasi,” demikian ujar Edwin Suarez dari Marathon Oil yang hadir sebagai keynote speaker pada sesi "Welcome presentations and Company background presentations", yang digelar di hari pertama.

Kompetisi Para Hacker Dunia

MIT EnergyHack, benar-benar hadir sebagai kompetisi bagi para hacker se-dunia. Aturan mainnya, seluruh peserta yang berasal dari beberapa negara berkumpul, dan dihubungkan dengan beberapa perusahaan yang diundang oleh MIT Energy Club. Yang menarik, banyak di antara peserta yang datang seorang diri, tanpa memiliki tim yang dibentuk sebelumnya. Rupanya mereka sengaja mengejar tantangan baru, dengan mencari tim pada saat agenda malam pertama berlangsung. Beberapa hacker terlihat memanfaatkan sesi makan malam, untuk bertemu dengan peserta lain, membentuk tim, sekaligus berbincang dengan perusahaan yang diminati.

Untuk event tahun ini, MIT Energy Club menggandeng 11 perusahaan dan organisasi untuk membuat pernyataan masalah, merujuk pada permasalahan pada industri energi. Mereka diantaranya adalah Cimetrics, Pelanggan Pertama Terbarukan, Avangrid, Marathon Oil, MassCEC, McKinsey, MIT Office of Sustainability, NICE, Schneider, Energi Candor, dan WiTricity. Kesemuanya berkumpul bersama di Stata Center, MIT.     

"Bahkan jika para hacker hanya dapat mengatasi satu persen dari masalah ini selama akhir pekan, maka sebenarnya sudah ada banyak nilai bagi perusahaan," ungkap Liam Fenlon, Co director dari MIT EnergyHack. Tentunya para hacker, akan mampu menjelaskan masalah, dengan cara yang sebelumnya bahkan tidak bisa dilakukan oleh perusahaan.

Pada fase penyisihan, setiap tim diwajibkan menyerahkan e-poster dan melakukan presentasi di hadapan keempat juri MIT EnergyHack. Sembari melakukan tanya jawab, para juri mengevaluasi konten, validitas, dan kelayakan dari setiap paparan. Tampil seagai juara adalah tim Solaris yang berhasil menyelesaikan tantangan dari Schneider Electric. Mean Green Machine berhak memperoleh hadiah $ 1500 sebagai juara kedua, dengan menyelesaikan masalah dari MIT Office of Sustainability. Sementara yang berhasil menyabet posisi ketiga, adalah tim MasSave yang dianggap mumpuni dalam menyelesaikan tantangan masalah yang dihadapi oleh McKinsey & Company.

Pendek kata, MIT EnergyHack adalah event angin surga bagi para hacker. Selain dapat memberi wadah bagi minat mereka, EnergyHack juga terbukti mampu memberikan tantangan melalui permasalahan konkrit yang bisa diatasi oleh para hacker.

Sumber: Stephanie Tran dalam Hacking Away and Solving Global Energy Problems, dipublikasikan pada innovation[dot]mit[dot]edu
Foto: MIT EnergyHack dalam innovation[dot]mit[dot]edu