Kekuatan Healing, Jadi Kunci Kesehatan Mental
Pasca pandemi, beberapa aktivitas healing, kini tengah menjadi kegemaran baru. Warga kota, biasanya melakukan healing ke tempat-tempat yang lestari dan menyegarkan pandangan.
Seakan penat dengan kehidupan sehari-hari di kota, tempat-tempat healing di pedesaan kini menjadi rujukan baru yang terus diburu secara bergantian. Namun siapa sangka, kekuatan healing memang terbukti telah mampu memberi manfaat bagi kesehatan mental.
Penelitian Dilakukan di Jerman
Para peneliti dari Lise Meitner Group for Environmental Neuroscience, diberitakan telah berhasil memeriksa aktivitas otak pada area yang terlibat dalam pemrosesan stres. Sebelumnya, sejumlah 63 sukarelawan sehat, diminta untuk melakukan perjalanan selama satu jam di hutan Grunewald dan juga pusat perbelanjaan yang penuh kemacetan di kota Berlin.
Menggunakan fMRI (functional magnetic resonance imaging), terungkap bahwa aktivitas amigdala menurun ketika mereka berjalan-jalan di alam. Dalam hal ini, alam disebut telah memunculkan efek yang menguntungkan pada area otak yang berhubungan dengan stres.
"Hasilnya mendukung hubungan positif yang diasumsikan sebelumnya antara alam dan kesehatan otak," tukas Simone Kuhn, selaku pimpinan dari Lise Meitner Group for Environmental Neuroscience. Namun yang menarik, aktivitas otak ditemukan juga tidak menunjukkan peningkatan ketika sukarelawan diminta berjalan-jalan di tengah kota. Aktivitas otak, terpantau masih stabil.
Hal ini sekaligus membantah pandangan sebelumnya, bahwa suasana kebisingan kota, telah menjadi penyebab terjadinya peningkatan atau penambahan beban stres.
Kenyamanan di Kota dan Daya Tarik Pedesaan
Tinggal di kota yang menyediakan segala kebutuhan modern, tentu mampu memberikan kenyamanan. Namun, kedekatan dengan alam pedesaan, diyakini mampu membawa manfaat bagi kesehatan mental dan kondisi otak secara keseluruhan. Amigdala, disebut kurang aktif pada mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Dituliskan oleh Joshua Aeh, bahwa amigdala pada warga kota, lebih aktif jika dibandingkan dengan milik dari warga pedesaan. Merujuk pada penelitian yang dikomandoi oleh Simone Kuhn, maka Joshua Aeh merasa yakin bahwa terdapat dampak positif dari alam terhadap kesehatan otak. Meskipun, kecurigaan terhadap gangguan kesehatan mental pada warga perkotaan, juga belum terbukti.
Hanya saja, pengurangan aktivitas pada amigdala diyakini akan berpotensi mengurangi dampak negatif yang mungkin tersembunyi dalam kehidupan kota. Hal ini dikarenakan, peneliti juga menyampaikan perihal pengaruh lingkungan fisik seseorang terhadap kesehatan mental dan otak secara keseluruhan.
Sering Lakukan Aktivitas Healing Bersama Alam
Mereka yang tinggal lebih dekat dengan alam, berpotensi memiliki amigdala yang lebih sehat. Dengan demikian, mereka memiliki kemungkinan untuk mampu mengatasi stres dengan lebih baik.
Aktivitas healing melalui jalinan kedekatan bersama alam, memang perlu untuk dilakukan secara rutin. Untuk itu, bagi warga perkotaan yang mengalami stres, sangat dimungkinkan untuk dapat segera mendekatkan diri ke alam. Menuju suasana pedesaan yang lebih alami dan lestari.
Ternyata, alam tidak hanya dapat dinikmati keindahannya. Namun juga dapat dirasakan manfaatnya bagi kesehatan jiwa raga. Menghirup udara segar, mendengar kicau burung, menikmati semilir angin, mendekat gemricik sungai atau air terjun, diharapkan dapat menjadi kekuatan healing yang membawa manfaat. Kian rajin dalam melakukan healing bersama alam, diharapkan akan menjadi kunci membangun kesehatan mental.
Ke depan, peneliti masih akan melakukan penelitian lebih lanjut. Yaitu meneliti dampak positif alam, melalui beberapa kelompok usia yang berbeda. Khususnya pada tekanan lingkungan terhadap ibu dan bayi.
Sumber:
Labroots
Sciencedaily
Ilustrasi Foto:
Neuro Transmissions Youtube Channel