Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Tantangan Pendidikan di Negara Berkembang

Menurut keterangan dari UNESCO pada tahun 2012, terdapat 20 persen pemuda pada negara-negara berkembang tidak lulus SD. Dengan demikian, mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan di dunia kerja. UNESCO juga menemukan 250 juta anak usia SD yang belum dapat membaca dan menulis. Selain itu, terdapat 71 juta remaja yang kehilangan keterampilan penting yang dibutuhkan untuk pekerjaan di masa depan.

Menurut UNESCO, untuk dapat memperbaiki sistem pendidikan negara berkembang diperlukan setidaknya US $ 8 miliar. Angka itu diyakini dapat memastikan bahwa semua anak pada kondisi pendidikan negara berkembang, akan dapat menyelesaikan jenjang pendidikan menengah mereka.

"Berinvestasi dalam keterampilan anak muda, adalah langkah cerdas bagi negara-negara yang ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. Laporan tersebut memperkirakan bahwa setiap $ 1 yang dibelanjakan untuk pendidikan seseorang, akan menghasilkan US $ 10 - US $ 15 dalam pertumbuhan ekonomi," demikian ujar Rina Bokova, Director-General of UNESCO.

Dalam hal ini, pemerintah dan yayasan terkait, harus mampu menggalang dana dan energi, agar dapat membantu pemuda sebagai pihak yang disebut paling membutuhkan keterampilan untuk bekerja. Pada sisi lain, kerjasama dengan pihak swasta perlu dipelihara dengan baik. Hal ini mengingat, sektor swasta adalah pihak pertama yang dapat langsung memperoleh manfaat dari ketersediaan tenaga kerja yang terampil.

Hal ini mengapa, di Indonesia, kemudian dapat kita jumpai perusahaan yang mendukung peningkatan tingkat pendidikan di negara berkembang, melalui kepemilikan lembaga pendidikan swasta yang berada dalam naungannya. Pada sisi lain, negara-negara maju dapat turut membantu menyelesaikan masalah pendidikan di negara berkembang. Mereka dapat memberikan beasiswa atau bentuk kerjasama lain, sebagai wujud simpati atas keberhasilan mereka dalam menguasai pasar ekonomi dunia. Misalnya saja, biaya beasiswa untuk satu pelajar dari Nepal ke Amerika, akan dapat digunakan untuk membantu akses pendidikan menangah terhadap 229 siswa di negara berkembang. 

Karakterisitik pendidikan negara berkembang memang unik. Di Indonesia misalnya, gerakan yang dilakukan masyarakat terbukti dapat memberi stimulus bagi implementasi solutif di lapangan. Program seperti Indonesia Mengajar, gerakan 1000 guru yang mengajar sambil traveling, komunitas jendela yang mengadakan perpustakaan, Indonesia Menyala, Skholatanabatas (STB) yang mengedepankan program pendidikan bahasa Inggris dan aktivitas sosial di panti asuhan, Komunitas Jalan Bagi, serta Akademi Berbagi yang bekerjasama dengan donatur ruangan. Pengajaran pada Akademi Berbagi juga dapat disesuaikan dengan keahlian masing-masing pengajar.  

Selain itu ada gerakan dari swasta, seperti PT Sure Indonesia yang mengembangkan inovasi bagi masa depan profesi guru, hinggga meluncurkan riset yang siap dikonsumsi pasar. Sure Indonesia melihat sumber daya alam yang demikian melimpah, sehingga merasa perlu untuk membangun pusat penampungan ide-ide melalui pengembangan fitur pendidikan. Contoh lain, seperti apa yang telah dilakukan oleh Yayasan Pendidikan Taruna Jaya Surabaya. Taruna Jaya mencoba mengawinkan konsep environmental education dan multiple intelligences yang kemudian disusupkan pada program pendidikan formal di sekolah, melalui after school programs.     

BERITA TERKAITMemperkuat Daerah, Melalui Guru Garis Depan

Pada sisi pemerintah, Indonesia telah meluncurkan program Guru Garis Depan (GGD). Program ini ditujukan untuk menerjunkan guru sebagai kandidat PNS yang akan ditempatkan di daerah pelosok pedalaman. Masa depan Indonesia kian terbentang, manakala pada tahun 2017 lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan diketahui telah melepas 6.296 guru yang lolos seleksi GGD pada tahun 2016.   

BERITA LAIN:

SMK Wikrama Berhasil Tarik Perhatian UNESCO sebagai Green School

Ingin Berkelas Dunia, Para Dokter Diskusikan E-Learning

Personal Branding, Mulai dari Alika, Ronaldo, hingga Oprah

Mengelola Website dengan SEO dan Design Thinking

Jejaring Sekolah, Untuk Masa Depan Dunia

 

Sumber: probonoaustralia[dot]com, cdn[dot]idntimes[dot]com
Foto: cdn[dot]idntimes[dot]com

Share :



Post Comment