Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Menadah Inspirasi dari Prof. Dyson sebagai Guru Sejati

Memang, Prof. Dr. Laurintius Dyson telah meninggal dunia pada hari Rabu (28/6) 2017 lalu, namun ternyata banyak kenangan yang menginspirasi murid-muridnya. Pria kelahiran Samarinda pada 3 Nopember 1954 itu, dikenal sebagai sosok yang teguh memegang prinsip dan pekerja keras. 

"Sangat fight, peduli kepada siapapun. Terutama orang-orang terdekatnya, dan selalu dimotivasi agar melanjutkan sekolah, sekolah, dan sekolah," ujar Yoan, puteri Prof. Dyson. 

Guru sejati akan selalu dikenang oleh murid-muridnya. Meski jasadnya mungkin telah lama hancur, namun pemikirannya pasti tak akan lekang oleh zaman. Guru sejati tetap akan mendapat "respect" dari anak didiknya, meski suatu saat muridnya itu telah melampaui kesuksesannya. Bahkan, jika sang murid telah melampaui kepintaran gurunya sekalipun. Sang murid tetap akan memberi salam takzim kepadanya. Tonggak keberhasilan seorang guru, adalah ketika seorang murid telah dengan sepenuh hati, benar-benar mengakuinya sebagai sosok yang menginspirasi hidupnya.   

BERITA TERKAITProfesor Ramah itu, Telah Berpulang

Melalui beberapa rekan sejawat dan mahasiswanya, diketahui bahwa Prof. Dyson dikenal sebagai pribadi yang supel, egaliter dan memiliki kontribusi di bidangnya. "Beliau mempunyai pemikiran-pemikiran yang menarik. Tidak jarang out of the box," ujar rektor Unair, Prof. Nasih ketika dikonfirmasi oleh surya[dot]co[dot]id.

"Pernah suatu ketika Prof. Dyson menjadi pembicara pada workshop terkait DVI (disaster victim identification). Meski sebenarnya DVI adalah ranah dari mereka yang mendalami studi forensik, namun Prof. Dyson tetap mampu memberikan pemikirannya tentang socio cultural issues dalam menghadapi disaster. Prof. Dyson tetap mampu menarik perhatian audience, dan tidak mati gaya. Bahkan seakan tengah memberikan hal baru bagi praktisi forensik," ungkap salah seorang alumni yang mengaku skripsinya dibimbing oleh Prof. Dyson.

Secara terpisah, beberapa mahasiswanya di Departemen Antropologi FISIP Unair, juga memuji pembawaan Prof. Dyson dalam mengajar. Prof. Dyson dikenal mampu membawakan materi dengan asyik. Prof. Dyson juga dikenal sebagai dosen yang aktif menuangkan pemikirannya melalui facebook, ketika menjumpai isu-isu aktual yang terjadi di masyarakat. 

"Sebenarnya bukan tidak beraturan ya? Bagi yang baru diajar, mungkin sempat bingung, karena yang disampaikan, seakan lompat-lompat, dan tidak terhubung dengan contoh kasus kekinian yang dibahas. Tapi bagi yang sudah lama jadi mahasiswanya, tentu bisa memahami. Kelihatannya saja sekedar nyeletuk, tapi percayalah, itu sebenarnya by design, ada polanya, dan sangat terkait dengan materi yang hendak disampaikan! Memang mahasiswa harus jeli," ujar alumnus antropologi Unair. Menurutnya, Prof. Dyson banyak menyisipkan folklor saat mengajar. Beliau dikenal sebagai murid langsung dari Prof. James Danandjaja. Praktis, saat ini sudah tidak ada lagi bapak folklor di Indonesia.

Prof. Dyson yang mengajar sejak 1980 juga dikenal, kerap memberikan perhatian kepada mahasiswa. Mantan ketua Prodi S3 Ilmu Sosial ini, bahkan dikenal sebagai guru sejati. "Yang paling berkesan, saat saya akan ujian proposal disertasi. Saat konsultasi, beliau masih membalas chat, padahal ternyata saat itu Prof. Dyson sudah sakit. Saat menjenguk, kondisinya sudah tidak bisa banyak bicara. Namun tiba-tiba menanyakan jadwal ujian, dan berkata bahwa besok menyatakan siap untuk menghadiri ujian di kampus, dan setelah tanda tangan kehadiran, minta dikembalikan lagi ke rumah sakit. Yang penting ujian saya tidak tertunda. Bagi saya, itu adalah ciri guru sejati," ungkap Yuniawan Heru, yang merasa beruntung memperoleh Prof. Dyson sebagai pembimbing akademiknya. 

Prof. Dyson menyelesaikan studi S1 dan S2 di Universitas Indonesia, dan menuntaskan studi S3 di Universitas Airlangga. Putera borneo itu kemudian menjadi guru besar pada bidang antropologi psikologi di Universitas Airlangga pada tahun 2005.

BERITA LAIN:

Jejaring Sekolah, Untuk Masa Depan Dunia

Prof. Glinka Meninggal Dunia

Prof. Glinka, Sebuah Perjalanan Hidup dari Polandia ke Indonesia

Dayang Sumbi, dan Eksistensi Usaha Tanaman Obat

Personal Branding, Mulai dari Alika, Ronaldo, hingga Oprah

 

Sumber Foto: Ketua Kekerabatan Alumni Antropologi Universitas Airlangga (KELUARGA) 

 

Share :



Post Comment