Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Desa Jatiluwih dan Wukirsari, Berhasil Raih Penghargaan Tingkat Dunia

Indonesia kembali mendapat pengakuan dari dunia internasional. Kali ini datangnya dari sektor pariwisata. Desa wisata Jatiluwih di Bali dan Desa Wisata Wukisari di Yogyakarta berhasil mendapat penghargaan sebagai Best Tourism Villages 2024 dari UN Tourism. 

Untuk kawasan Asia Pasifik, desa Wukirsari dan Jatiluwih bersanding dengan desa Amagi dari Jepang, desa Azheke dari China, desa Bo Suak dari Thailand, desa Esfahak dari Iran, desa Guanyang dari China, desa Nishikawa dari Jepang, serta desa Shibadong dari China. Selain itu, ada pula desa Tra Que Vegetable dari Vietnam, desa Taoping dari China, desa Xiaogang dari China, desa Xitou dari China, serta desa Yandunjiao dari China.

Keduanya berhasil menyisihkan 260 desa kandidat dari 60 negara anggota UN Tourism. Perlu diketahui, UN Tourism merupakan salah satu badan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempromosikan aktivitas pariwisata yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan dapat diakses secara universal. UN Tourism bermaksud mempromosikan pariwisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan yang inklusif, serta keberlanjutan lingkungan.

Sebagaimana dirilis UNWTO, pada tahun 2023 Indonesia diwakili oleh Desa Penglipuran di Bali. Sementara pada tahun 2021, Desa Wisata Nglanggeran di Yogyakarta juga pernah dinobatkan sebagai Best Tourism Villages 2021. Pemberian penghargaan ini, ditujukan kepada desa wisata yang berkomitmen untuk melestarikan budaya dan tradisinya, merayakan keberagaman, serta menyediakan peluang dan pelestarian bagi keanekaragaman hayati.

Desa Wukirsari

Desa Wukirsari berjarak sekitar 17 km dari Yogyakarta. Memiliki latar perbukitan dan lembah, desa Wukirsari dikenal dengan warisan batiknya. Tak hanya sekedar menjadi tempat bagi para buruh batik, desa Wukirsari kemudian berhasil memadukan antara warisan budaya dengan praktik berkelanjutan. 

Batik tulis Wukirsari dikenal berasal dari jaman Mataram Islam. Jika berkunjung ke desa, para wisatawan dapat mengikuti praktik membatik di dusun Giriloyo. Pembuatan batik, telah dikemas menjadi pengalaman wisata budaya. Tak hanya itu, Wukirsari juga berhasil mengelola sampah dengan menerapkan kawasan bebas plastik. Pasar lokal seperti Sor Jati dan Jolontoro, telah menerapkan nilai-nilai tradisional dengan menggunakan daun sebagai pembungkus alami. Nilai-nilai "becik resik karangkulon" telah digunakan sebagai promosi. Desa juga telah melakukan upaya konservasi air dan perlindungan keanekaragaman hayati untuk menjaga lingkungan alamnya yang indah. Hal ini kemudian diperkuat dengan penetapan standar layanan berbasis ISO 9001:2015. Karenanya, setiap pengunjung diharapkan dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dan hubungan yang mendalam.

Desa Jatiluwih

Desa Wisata Jatiluwih terletak di Kabupaten Tabanan, Bali. Desa ini berada di lereng gunung Batukaru, yang terkenal akan kekayaan warisan budaya dan pemandangan alamnya yang memukau. Pada tahun 2012, kawasan ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia sejak 29 Juni 2012. 

Jatiluwih merupakan rumah bagi sistem irigasi Subak, yakni sebuah praktik irigasi tradisional yang sudah ada sejak abad ke-11. Sistem ini didasarkan pada filosofi Tri Hita Karana dalam agama Hindu, yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Hal ini menunjukkan komitmen masyarakat terhadap praktik pertanian berkelanjutan.

Selain itu, Jatiluwih dipandang memiliki inisiatif dalam pembangunan ekowisata berbasis masyarakat. Masyarakat lokal telah dilibatkan dalam pengelolaan kegiatan pariwisata, sekaligus terlibat dalam praktik pertanian tradisional. Di dalamnya juga terdapat program wisata edukasi di sawah, dengan melibatkan pengalaman kuliner berbasis hasil bumi lokal. Karenanya, Jatiluwih juga sedang berkembang sebagai Cultural Heritage Living Museum (CHLM). Dengan melibatkan wisatawan dalam budaya hidup Jatiluwih, konsep museum ini diharapkan mampu memperkuat identitas desa dan mempromosikan pelestarian warisan budayanya.

 


Sumber:
Tourism Villages UNWTO
Kemenparekraf RI dalam Instagram
Ilustrasi foto:
Tourism Villages UNWTO

Share :


Post Comment