Menteri Baru, Diharap Tangguh dalam Hadapi Pandemi
Sudah hampir setahun, pandemi Covid-19 menghantam bangsa Indonesia. Banyak pihak menyebut, hantaman terdahsyat menyentuh pada bidang ekonomi. Namun sejatinya, ada banyak bidang lain yang terdampak.
Selain bidang kesehatan tentunya, juga ada sektor pariwisata, pendidikan, ketenagakerjaan, hingga bahkan pada bidang politik, hukum dan keamanan. Pada hari Selasa (22/12) kemarin, Presiden Joko Widodo mengumumkan pergantian menteri pada kabinet Indonesia Maju. Dari veranda Istana Merdeka, diumumkanlah enam menteri baru.
Presiden Jokowi Lantik Menteri Baru
"“Pada sore hari yang berbahagia ini saya bersama-sama dengan Bapak Wakil Presiden ingin mengumumkan menteri-menteri baru yang akan duduk di anggota Kabinet Indonesia Maju,” demikian ujar Presiden Jokowi sebagaimana dilansir dari situs resmi Presiden Republik Indonesia pada Selasa (22/12) petang.
Sedianya keenam Menteri baru tersebut akan dilantik pada hari Rabu (23/12) beserta pengambilan sumpah jabatan. Berdasarkan keterangan pers, Ibu Tri Rismaharini akan menjadi Menteri Sosial, Bapak Sandiaga Salahuddin Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bapak Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan, Bapak Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama, Bapak Sakti Wahyu Trenggono menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, serta Bapak Muhammad Lutfi menjadi Menteri Perdagangan.
Beberapa Menteri Tetap Dipertahankan
Dari sekian bidang jabatan menteri yang terimbas oleh pandemi, beberapa menteri terlihat masih dipertahankan dalam kabinet Indonesia Maju. Mereka adalah menteri pendidikan, Bapak Nadiem Anwar Makarim, Ibu Sri Mulyani Indrawati selaku menteri keuangan, Ibu Ida Fauziyah sebagai menteri ketenagakerjaan, Bapak Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai menteri perindustrian, Bapak Johny Gerard Plate selaku menteri komunikasi dan informatika, Bapak Erick Thohir selaku menteri BUMN, Bapak Teten Masduki sebagai menteri koperasi dan usaha kecil menengah, Bapak Bambang Brodjonegoro sebagai menteri riset dan teknologi, Bapak Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan, Bapak Yasonna Laoly sebagai menteri hukum dan HAM, serta Bapak Syahrul Yasin Limpo selaku menteri pertanian.
Sementara menteri terdampak pandemi yang kemudian diganti adalah Menteri kesehatan, Menteri sosial, Menteri agama, Menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, serta Menteri perdagangan. Sementara jabatan Menteri kelautan dan perikanan, beserta Menteri sosial mengalami pergantian, lebih disebabkan oleh perkara korupsi yang tengah melilit pejabat sebelumnya.
Menteri Kesehatan Tidak Harus Dijabat oleh Dokter
Yang menarik, jabatan menteri kesehatan tidak lagi dipegang oleh seorang dokter. Ini semakin meyakinkan pandangan masyarakat bahwa jabatan menteri adalah jabatan politik. Pada sisi lain, juga diakui bahwa jabatan menteri memang cenderung membutuhkan kemampuan manajerial atau kepemimpinan. Sementara kemampuan teknis, cukup ditopang oleh pejabat yang berada di bawah menteri.
Seperti halnya Bapak Budi Gunadi Sadikin, kemampuan manajerialnya tidak diragukan lagi. Berpengalaman memimpin Bank Mandiri, PT Asahan Aluminium, dan juga pernah didapuk sebagai Wakil Menteri BUMN, membuatnya dipandang piawai dalam menjadi nahkoda pada Kementrian Kesehatan. Kemungkinan besar Presiden berharap, pengalaman dari Budi Gunadi Sadikin dapat digunakan untuk merancang tata kelola baru dalam strategi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Menteri kesehatan yang baru, tentu diharapkan akan mampu menghadapi aneka permasalahan yang hadir di tengah pandemi Covid-19 ini.
Menurut pemberitaan Liputan 6, terdapat beberapa Menteri Kesehatan di dunia yang memang bukanlah seorang dokter. Diantaranya adalah menteri kesehatan dari negara USA, Kanada, Belanda, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Jerman. Jadi Indonesia ternyata bukanlah negara pertama yang mencoba strategi demikian. Ke depan, akan sangat memungkinkan jika pucuk pimpinan dari organisasi IT misalnya, bukanlah seorang programmer, CEO dari perusahaan peternakan bukanlah dari dokter hewan, pimpinan rumah sakit bukanlah seorang dokter, atau bahkan Rektor sebuah kampus juga bukan dijabat oleh seorang dosen.
Sumber:
presidenri[dot]go[dot]id
liputan6[dot]com
Foto:
Lukas dalam presidenri[dot]go[dot]id