Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Selamat Datang Metaverse

Dewasa ini, topik diskusi di Indonesia diwarnai oleh aneka pembicaraan tentang metaverse. Banyak influencer yang secara langsung, mencoba untuk menggambarkan perihal apa itu metaverse? Diskusi pun beredar, dari satu platform ke ruang media sosial yang lain.

Apa itu Metaverse?

Lantas, apa itu metaverse? Jika ingin melihat mudahnya, kita bisa melihat dunia virtual seperti Roblox, Twitch, Warcraft dan beberapa yang lain. Apa itu metaverse? Metaverse dapat disebut sebagai open platform. Akibat terdesentralisasi, maka metaverse memungkinkan para user di manapun ia berada, untuk dapat menjelajahi dunia. Apa bedanya dengan media sosial? Selain menjelajah, biasanya metaverse memungkinkan user untuk memiliki avatar sendiri dan bersosialisasi secara online dengan user yang lain, dalam dunia baru mereka.

Menurut Prof. Rachmah Ida, Ph.D., melalui akun instagram milik Universitas Airlangga, disebutkan bahwa metaverse merupakan gabungan antara aspek virtual reality (VR), augmented reality (AR), media sosial, bahkan juga crypto currency, yang memungkinkan user untuk saling berinteraksi dalam realitas digital. 

"Tahun 2003 sudah ada dunia virtual yang bernama Second Life, yang menawarkan adanya konsep virtual community yang dibuat untuk menghubungkan orang, tanpa harus bertemu secara langsung," demikian tutur guru besar kajian media asal Universitas Airlangga tersebut. Bahkan yang menarik, Prof. Ida menyebut adanya teknologi semacam Second Life, Sim City, dan bahkan Metaverse itu sendiri, sebenarnya terinspirasi oleh novel fiksi ilmiah seperti Frankenstein, Snow Crash, serta Ready Player One

Pertemuan Dunia Digital dan Dunia Maya

Kondisi metaverse ini, mengarah pada transaksi saling berbagi data antara server dan aplikasi. Hal itu tentu saja memerlukan internet yang stabil. Gagasan dari metaverse, yaitu mempertemukan dunia digital dan dunia nyata, dengan menyediakan layanan di dunia maya, berupa layanan atau pengalaman yang serupa dengan dunia nyata.

Dengan metaverse, user tidak perlu menunggu hadirnya mobil terbang sebagaimana yang dikenal dalam karya fiksi ilmiah sebelumnya. Metaverse mampu mengaburkan batasan realitas, sehingga user dapat mengalaminya secara langsung dan secara online.

Metaverse Bukan Produk Tunggal

Metaverse ingin melangkah lebih jauh. Tidak sekedar ingin meningkatkan mode AR pada PlayStation, atau mengikuti petualangan ala Pokemon Go. Beberapa animasi yang terelasi dengan iklan, juga sudah mulai dipersiapkan. Sejak tahun 2014, telah muncul beberapa inovasi yang digagas oleh Oculus, Horizon, Nvidia, Fortnite, Qualcomm, dan tentunya juga oleh Facebook dengan Meta-nya.

Namun rencana pemilik Facebook, juga tidak serta merta akan terwujud dengan mudah. Facebook juga perlu menggandeng kekuatan yang lain. Dalam hal ini, kemudian metaverse tidak bisa menjadi sebuah produk tunggal. Untuk merealisasikan dunia maya yang nyata, tentunya membutuhkan teknologi VR yang bagus, komputer yang handal, dan infrastruktur lain yang dibutuhka untuk menciptakan dunia virtual yang diharapkan.

Sama halnya dengan internet pada awalnya, yang kemudian membutuhkan website, aplikasi, domain dan hosting. Maka dunia metaverse nantinya, juga akan menyajikan kolaborasi teknologi, model bisnis dan bentuk interaksi yang berbeda dengan interaksi awal pasca kelahiran internet. Akan terjadi tuntutan agar VR dan AR menjadi lebih baik, sistem jaringan yang saling terhubung, hingga kecepatan koneksi internet.  

Pendorong Kelahiran Metaverse

Beberapa hal yang mendorong kehadiran metaverse ditunjukkan dengan penurunan konsen pada dunia fisik pada satu dekade terakhir. Misalnya saja, semakin banyak terjadi perpindahan ruang konferensi ke dunia digital, meningkatnya pertemanan online, hingga hadirnya video game yang menggantikan olahraga fisik. Saat ini, telah terdapat 16 juta unit headset yang beredar, dan diduga akan terus berlanjut hingga angka 1 miliar headset yang akan beredar pada tahun 2030 nanti.

Pada sisi lain, terdapat aneka transaksi bisnis yang dijual melalui metaverse. Sebagai contoh, baru-baru ini Fortnite telah berhasil menjual produk digitalnya senilai lebih dari $ 1 miliar. Sejalan dengan itu, teknologi blockchain mulai muncul sebagai solusi. Dalam waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan, setiap game diprediksi akan menempatkan obyeknya di blockchain.

Informasi lain, mengabarkan bahwa Facebook konon juga akan menawarkan perjalanan wisata yang memungkinkan user untuk menjelajah ke tempat-tempat di belahan bumi yang mengesankan, melalui metode semi-real semi-virtual world. Untuk itu, mereka akan menjanjikan dalam waktu lima hingga sepuluh tahun ke depan, penduduk bumi akan bisa menikmati layanan tersebut.

Selain dunia hiburan, seperti halnya game, diketahui bahwa metaverse juga telah bergerak pada ekosistem yang terus berkembang. Tanah digital di Decentraland telah mampu dijual dengan rekor harga sebesar $ 913 ribu. Demikian pula aspek dunia advertising, yang juga tengah bergerak. Salah satu produk sepatu, bahkan juga ada yang telah membuat replika untuk versi limited edition-nya, yang juga diproduksi serupa dari bentuk fisiknya, namun dipasarkan di dunia maya.

Masa depan metaverse tetap akan menarik untuk dinanti. Dalam waktu sepuluh tahun ke depan, akan terjadi konfigurasi yang unik untuk metaverse. Metaverse akan tetap dipengaruhi oleh kebutuhan bisnis, komunikasi dan juga hiburan. Apakah dunia metaverse, juga akan menggulung dominasi seseorang di dunia nyata? Ataukah terelasi? Mari kita tunggu saja perkembangannya.

Selamat datang, Metaverse!

 

 


Sumber:
Science Bloom
Akun IG Universitas Airlangga
Ilustrasi foto:
CNET Facebook revealed abaout the metaverse

 

 

Share :


Post Comment