Demi Perubahan Dunia, UNAIR Gelar Karya Mahasiswa
Universitas Airlangga mengadakan gelar karya mahasiswa yang bertajuk Expo PDB 2022. Tahun ini, Expo PDB mengambil tema, Ksatria Airlangga Pemimpin Gagah Perubahan Dunia Dengan Budaya Kolaborasi.
Kegiatan yang diselenggarakan di depan gedung kuliah bersama FTMM ini, mengundang banyak minat. Tak hanya para dosen fasilitator dan mahasiswa peserta mata kuliah Pengantar Kolaborasi Keilmuan saja, namun juga dipenuhi oleh pimpinan Universitas, para tenaga kependidikan dan pihak lain yang tertarik.
Jumat (17/6) ini memang menjadi Expo PDB pertama bagi mahasiswa UNAIR. Mata kuliah Pengantar Kolaborasi Keilmuan, juga untuk kali pertama diberikan kepada mahasiswa UNAIR. Semester ini mahasiswa UNAIR mulai mendapatkan tiga mata kuliah penunjang, yakni Komunikasi dan Pengembangan Diri, Logika dan Pemikiran Kritis, serta Pengantar Kolaborasi Keilmuan.
Selama dua semester, mahasiswa baru UNAIR akan memperoleh dua belas mata kuliah yang tergabung dalam Pembelajaran Dasar Bersama (PDB). Selain itu masih terdapat kuliah Tjokroaminoto yang merupakan perkuliahan kebangsaan dan secara periodik dilaksanakan 2-4 kali dalam satu tahun ajaran baru.
Gelar Karya Mahasiswa
Secara keseluruhan, terdapat 113 karya mahasiswa UNAIR peserta mata kuliah PDB. Para pemilik karya, adalah mahasiswa UNAIR yang baru tahun pertama duduk di bangku kuliahnya.
Yang menarik, selain berkewajiban menyusun karya sebagai buah dari pembelajaran berbasis proyek, mahasiswa juga berperan sebagai event organizer (EO) bagi pagelaran Expo PDB kali ini. Menyikapi suasana pandemi, presentasi dibagi menjadi dua sesi. Sementara pengunjung dari unsur mahasiswa peserta PDB, dibagi menjadi tiga gelombang.
Setiap kelas menyertakan perwakilannya untuk menjadi bagian dari panitia besar. Sementara karya terbaik di kelas, juga akan mewakili kelasnya untuk tampil di pagelaran Expo PDB 2022. Berikutnya, 50 karya terbaik akan dipilih secara langsung oleh pengunjung melalui Mentimeter.
Kala itu, nampak Rektor UNAIR membuka dan meninjau secara langsung beberapa booth karya dari para mahasiswa. "Ketika orangnya jauh, tahunya dari mana itu?", tanya Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., kepada mahasiswa yang sedang mempromosikan gelang anti kekerasan seksual.
Dengan lugas dijelaskan, bahwa gelang yang diberi nama APIKAL 1.0 itu mampu mengirimkan pesan dan wajah pelaku kekerasan seksual kepada orang terdekat. Untuk saat ini, pesan dan gambar pelaku sudah bisa dikirim melalui aplikasi Telegram. Para mahasiswa juga berhasil menunjukkan gambar hasil jepretan APIKAL yang terkirim secara langsung melalui Telegram secara realtime.
Selain APIKAL, juga terdapat penelitian tentang pemanfaatan limbah kerang di pantai Kenjeran. Tak kalah menariknya, juga ada aplikasi resiliansi dan regulasi emosi.
Lalu ada penyedia jasa pemasaran pada sektor perikanan. Promosi kesehatan 4.0., manajemen sampah masker, monitoring kebutuhan terkait Covid (MYCIN), pemberdayaan pedagang secara digital, edukasi kesehatan gigi 4.0., tas portable yang juga steril, produk aromaterapi jeruk purut, hingga rancangan booklet sebagai media edukasi terhadap kecemasan sosial pada era new normal.
Secara keseluruhan karya-karya mahasiswa nampak menarik dan memberikan angin segar bagi masa depan Indonesia. Ke depan, para dosen fasilitator juga menilai akan perlunya materi tentang HAKI sebagai tindaklanjut dari karya yang sudah berhasil ditelurkan oleh mahasiswa.
Sumber:
istimewa