Kian Menyadari, Bahwa Ibadah adalah Kebutuhan
Pandemi global ternyata juga telah mempengaruhi hubungan personal. Tidak hanya hubungan personal dengan sesama manusia, namun juga hubungan antara personal dengan Tuhannya. Seperti diketahui, sejak pada awal kehidupan manusia berlangsung, anak manusia telah menyadari adanya kekuatan makro kosmos yang ada di luar jangkauan mereka. Ketika permasalahan hidup menjadi kian rumit, maka timbul usaha dari manusia untuk meminta tolong kepada kekuatan makro kosmos yang disadari ada.
Hal ini kemudian berkembang menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap anak manusia. Manusia membutuhkan ketenangan, rasa aman, hingga memenuhi beberapa hajad hidupnya. Middle East Eye melaporkan, bahwa pada beberapa tempat di penjuru dunia, penyebaran virus corona telah mempengaruhi umat beragama dalam beribadah. Dalam hal ini, khususnya bagi ummat Islam.
Beribadah di Tengah Pandemi Corona
Dengan kedatangan virus Corona, para pemimpin agama, kemudian membuat penyesuaian dengan tradisi lama. Hal itu dilakukan, untuk menahan gelombang penyebaran penyakit Covid-19. Di Kuwait, para muazin mengubah lantunan adzan dari "hayya alas-shalat" menjadi "al-salatu fi buyutikum" yang artinya, sholatlah di rumah Anda. Arab Saudi, juga telah melarang jamaah untuk mengunjungi Masjidil Haram di Mekah, termasuk jika ingin berziarah ke Madinah.
Sementara di Indonesia, bagi yang tetap melaksanakan sholat berjamaah, mereka sengaja merenggangkan jarak antar jamaah dalam satu shaf. Selain itu, mereka yang sholat juga sambil mengenakan masker. Menurut Imam Omar Suleiman, kini ia juga berperan selaku host Webinar ketika virus Corona mulai menyebar. Imam Suleiman berinisiatif melakukan khotbah virtual pada hari Jumat, dari rumahnya di Dallas, Texas, USA.
"Saya terus berpikir tentang semua waktu, dimana saya bisa pergi ke masjid kembali, ketika sudah dibuka," ujar imam Suleiman. Meski demikian, ia mengaku bahwa khotbahnya tidak dimaksudkan sebagai pengganti ibadah sholat Jumat. Namun itu dilakukan sebagai cara untuk berbagi nasihat spiritual bagi mereka yang sedang berdiman diri di rumah akibat Corona.
Ia menyadari bahwa sholat Jumat adalah kewajiban bagi setiap pria muslim. Namun selama masa pandemi berlangsung, atau mungkin juga untuk jenis musibah yang lain, maka pelaksanaan shola Jumat, menurut syariat diperbolehkan untuk dihentikan.
Namun harus diakui, jika para jamaah hanya memperoleh sedikit informasi, maka mereka pasti kebingungan. Kebutuhan rohani, adalah kebutuhan personal yang juga harus diperhatikan. Untuk itu, sejak ditutupnya masjid di USA pada khususnya, imam Suleiman berusaha untuk memberikan khotbah virtual. Hal ini akan terus dilakukan, sampai pada saatnya nanti, masjid bisa dibuka kembali.
"Dan sekarang di sini, aku melakukan ini di kantor rumahku," ujar Imam Suleiman. Pada masa-masa menjalani ujian, ummat Islam meyakini bahwa ketika Alloh SWT menutup satu pintu, maka dengan kebijaksanaannya, akan membuka dua pintu lain, dengan rahmat-Nya.
Mengisi Kekosongan Jiwa
Sejak pandemi Corona berlangsung, Muslim American Society (MAS) menggelar Webinar, yaitu sebuah seminar online yang menghadirkan beberapa cendekiawan dan imam dari berbagai penjuru USA. "Organisasi melihat kekosongan di tengah pandemi, dan (berusaha) menemukan cara untuk mengisinya," ujar Wafa Manasrah selaku manajer operasional dari MAS.
Setiap hari, dimulai pada pukul 21.00 waktu setempat, MAS mengadakan diskusi dan nasihat spiritual, pembacaan Al Quran, hingga doa bersama. Sesi yang dirancang oleh MAS, biasanya memang dihadirkan dalam format ceramah. Oleh karenanya, pihak pengurus MAS, merasa justru mendapat keuntungan atas pemberlakuan sistem online ini.
Melalui format online, setiap orang kini dapat mendengarkan dan menonton sesi harian, tanpa harus hadir ke masjid. Bahkan format onlie, diakui telah menjangkau audiens yang biasanya tidak bisa dijangkau oleh MAS.
Kepada Middle East Eye disampaikan, bahwa ke depan ummat Islam masih akan menghadapi pertanyaan seputar pelaksanaan praktik ibadah selama bulin suci Ramadhan. Sebelumnya, masjid hadir sebagai sarana untuk melaksanakan sholat tarawih dan ibadah lain.
Memenuhi Sebuah Kebutuhan Rohani
Sementara itu, Naeem Baig, yang juga pemimpin ummat pada komunitas muslim millennial yang bertempat di seputar Washington DC, USA, mengaku perasaannya sempat campur aduk, ketika harus beralih ke digital.
Komunitas mereka disebut Chit Chai. Mereka biasanya bertemu secara fisik di suatu ruang. Dalam satu sesi, ada percakapan atau diskusi kelompok, kemudian juga ada sesi jeda atau istirahat. "Sesi breakout ini yang tidak bisa kita capai secara online," ungkap Naeem Baig. Ia mengaku, ada kendala selama melaksanakan pertemuan online. Diantaranya, adalah masalah pada koneksi, mikrofon, atau pada webcam.
Naeem Baig menyebut, bahwa ada beberapa hal yang hilang saat harus melakukannya secara online, Namun karena itu adalah sebuah "kebutuhan" bagi jamaahnya, maka ia berusaha untuk mengoptimalkannya. Saat bertemu secara online, menurutnya itu seolah-olah sedang menghadiri kuliah. Jadi bukan sebagaimana mestinya sebuah diskusi komunal berlangsung.
Dengan demikian, aspek pembangunan komunitasnya menjadi hilang. "Saya pikir satu-satunya alasan kami melakukan ini adalah karena kebutuhan," imbuhnya.
Sumber:
Penulis asli adalah Umar A Farooq dalam middleeasteye[dot]net yang kemudian diterjemahkan secara bebas, untuk tujuan penyebaran pengetahuan umum
Ilustrasi foto:
middleeasteye[dot]net