Kiat Cina Mengawal Pendidikan di Tengah Corona
Beberapa aktivitas pendidikan di banyak negara, terpaksa terganggu oleh kedatangan pandemi Corona. Tak terkecuali dengan kondisi di Indonesia. Pemerintah telah bekerja keras untuk menjamin agar proses pendidikan tetap berjalan.
Cina adalah negara yang pertama kali terserang Covid-19. Karenanya, ada baiknya jika mencermati bagaimana kiat Cina dalam mengawal pendidikannya? Selain merupakan negara pertama yang terserang, populasi yang berlebih, juga merupakan satu hal yang mirip dengan kondisi di tanah air. Meski demikian, diberitakan bahwa Cina hanya memerlukan waktu selama dua minggu untuk melakukan transisi, menuju ke implementasi pembelajaran online seutuhnya.
Inisiatif Pembelajaran Pasca Corona di Cina
Setelah sempat menangguhkan sekolah pada awal semester baru, pemerintah Cina meluncurkan program inisiatif berlabel “Ensuring learning undisrupted when classes are disrupted.” Akhirnya, semester baru untuk 200 juta siswa sekolah dasar dan menengah di Cina, bisa dimulai sejak hari Minggu (9/2) lalu.
Ketika awal semester sempat ditunda selama dua minggu, Kementrian Pendidikan di Cina menyelenggarakan konferensi jarak jauh dengan seluruh pihak. Mulai dari manajemen sekolah, penyedia kursus ber-platform online, provider telekomunikasi, hingga stakeholder yang lain. Dalam waktu dua minggu itulah, pemerintah membuat perencanaan inisiatif implementasi yang dibutuhkan bagi pendidikan di Cina.
Keputusannya, semester baru tahun 2020 ini diisi dengan pembelajaran online. Menurut UNESCO, sebelumnya pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementrian Pendidikan Cina untuk menawarkan dukungan agar tahun ajaran baru di Cina tetap bisa dilaksanakan, meski Covid-19 masih belum berakhir.
Hal terpenting, adalah memastikan bahwa semua siswa bisa mengakses peluang pembelajaran digital. Selain itu kesiapan guru dalam merancang dan menyampaikan tutorial dalam bentuk digital, juga adalah suatu hal utama.
Kementrian Pendidikan Cina, diberitakan memberikan satu platform yang kemudian memungkinkan 50 juta siswa dan guru untuk dapat terhubung dalam waktu yang bersamaan. Platform tersebut, juga dimungkinkan untuk dapat mengakses modul bagi pendidikan dasar dan menengah. Ada juga materi tentang life skills yang relevan dengan darurat kesehatan. Dikatakan oleh Marielza Oliveira, selaku Direktur UNESCO di Beijing, bahwa respon Cina untuk pendidikan, terhadap kondisi darurat saat Covid-19, terbilang sangat luar biasa. Mereka memberikan kedalaman dan skala yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran jarak jauh.
Penerapan Pembelajaran di Jenjang Perguruan Tinggi
Lantas, bagaimana kondisi penerapan di jenjang Perguruan Tinggi? Beberapa kampus di Cina, juga mengambil kebijakan untuk menutup kampusnya, sebagai respon terhadap wabah virus Corona. Apa yang dilakukan oleh Zhejiang University (ZJU) dapat dijadikan contoh. ZJU terletak di provinsi Zheijang, di bagian Cina Timur. Untuk meminimalkan dampak atas wabah virus Corona, ZJU secara resmi memulai kuliah online-nya pada hari Senin (24/2) lalu.
Hasilnya, ZJU berhasil menawarkan lebih dari 5.000 jenis kursus bagi mahasiswa program sarjana dan pascasarjana. Hanya dalam waktu dua minggu, ZJU berhasil menjadi smart campus yang telah memberikan pelatihan kepada dosen-dosennya untuk dapat memberikan kuliah dalam platform digital learning. Untuk itu, ZJU bekerja sama dengan salah satu MOOC (Massive Online Open Courses) yang populer di sana.
Diberitakan bahwa “Learning at ZJU” berhasil menyedot 570 ribu kunjungan. Sementara aplikasi streaming bernama “DingTalk ZJU”, dikembangkan bersama Alibaba - perusahaan e-commerce terkemuka milik Jack Ma - telah berhasil menarik minat dari 300 ribu user. Bagi sekitar 2.500 mahasiswa pascasarjana di sana, akan tetap dapat mengajukan sidang tesis atau disertasi yang dilakukan secara online. ZJU berharap, mahasiswa tetap akan dapat lulus sesuai rencana.
Tak hanya berhenti di sana, ZJU juga menyadari bahwa keberhasilan program kuliah online, ditujukan untuk keberhasilan mahasiswanya. Untuk itu, mereka membiayai lebih dari 1000 mahasiswa yang kurang beruntung, agar dapat memperoleh akses ke program kuliah online. Pihak kampus melakukan kesepakatan dengan provider, dan memberi subsidi berupa paket data kepada dosen dan mahasiswa.
Kolaborasi antar Kementrian di Cina
Untuk dapat mengawal proses pembelajaran online di Cina, Kementrian Pendidikan di sana telah mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan Kementrian Perindustrian dan Teknologi Informasi. Ada beberapa hal penting, yang berhasil mereka kerjakan bersama.
Dalam hal ini pemerintah Cina telah berhasil memobilisasi semua penyedia layanan telekomunikasi, guna dapat meningkatkan koneksivitas internet untuk pendidikan. Khususnya bagi wilayah yang sebelumnya kurang terlayani, oleh koneksi yang prima.
Sehubungan dengan itu, pemerintah Cina juga telah memerintahkan untuk meningkatkan bandwidth, terutama pada sistem cloud nasional yang hendak menopang sumber daya pendidikan dan layanan publik. Diharapkan, langkah ini akan mampu melayani jutaan pengunjung secara bersamaan.
Langkah lain yang dilakukan oleh kedua kementrian, adalah mencakup mobilisasi terhadap penyedia kursus dan sumber daya online. Hasilnya, sudah tersedia 24 ribu jenis kursus online yang dapat diakses oleh mahasiswa. Mereka sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI) melalui ke-22 platform kursus yang ada, agar dapat memberikan kursus gratis kepada siswa sekolah dasar dan menengah.
Selain itu, pemerintah juga telah memperhatikan pemilihan metodologi yang tepat dan fleksibel untuk sekolah dan guru. Hal ini dilakukan untuk dapat kompatibel dengan perangkat yang dimiliki oleh sekolah. Para guru, juga mendapatkan tutorial secara streaming dari MOOC yang ditunjuk.
Hal lain lagi yang diperhatikan oleh pemerintah, mencakup keamanan sistem melalui kolaborasi dengan praktisi telekomunikasi dan para penyedia platform online di Cina. Pemerintah juga telah memberikan dukungan psiko-sosial dan kursus, tentang virus dan perlindungan darinya.
“Sangat mengesankan seberapa cepat Cina telah menciptakan kemitraan antara pemerintah pusat dan lokal, antara sektor swasta dan masyarakat sipil, sehingga kapabilitasnya dapat ditambah, melalui sumber-sumber belajar tambahan, seperti siaran TV dan livestreaming melalui media sosial," demikian pungkas Marielza Oliveira.
Satu hal yang kini sedang berproses di Cina, adalah terkait dengan mekanisme monitoring dan evaluasi. Hal ini sengaja dipersiapkan dengan baik, agar hasil evaluasi belajar siswa, tetap dapat sesuai dengan hasil evaluasi dari sistem offline. Jadi ketika kampus dan sekolah fisik, kelak sudah dapat dibuka kembali, maka program pendidikan yang ada, sudah sesuai.
Sumber:
unesco[dot]org
webforum[dot]org
Ilustrasi foto:
Seorang guru di Cina, sedang melakukan live-streams kepada murid-muridnya, dari lokasi sebuah kebun bunga di Hangzhou, provinsi Zhejiang; dalam cdn[dot]theatlantic[dot]com