Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Komunitas CB Nganjuk, Ikut Promosikan Desa Wisata Waung

Memandang area persawahan yang terlihat menguning. Menikmati semilir angin yang berpadu dengan aroma sawah, mungkin bukanlah hal baru. Namun menikmatinya sembari mengendarai motor klasik, tentu akan menyajikan nuansa berbeda. Sebagai masyarakat agraris, menikmati suasana pedesaan akan tetap mampu hadirkan suasana tentram dan nyaman. 

Bagi mereka yang kesehariannya selalu bertemu dengan hiruk pikuk keramaian kota, nuansa semacam itu pasti akan sangat diidamkan. Self healing! Demikian istilah yang kerap digunakan oleh kalangan anak muda, saat hendak meringankan beban pikiran, melalui aktivitas-aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan.

Dukung Program Bottom Up di Desa Waung

Hal semacam itulah yang pada hari Selasa (28/6) kemarin coba diinisiasi oleh Dr. Marhaen Djumadi, MM., MBA., selaku Plt. Bupati Nganjuk. Bersama ratusan anggota CB Club Nganjuk, Kang Marhaen melakukan konvoi menyusuri area persawahan di Desa Waung, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk. 

Di hadapan para anggota CB Club Nganjuk, Plt. Bupati tampak berkali-kali memberikan apresiasinya. Usai meletakkan batu pertama pembangunan monumen Sang Maestro, Kang Marhaen menyampaikan kegembiraannya bahwa di Desa Waung, kini telah tumbuh program yang bersifat bottom up

Melalui kolaborasi dari banyak pihak, Plt. Bupati Nganjuk merasa optimis bahwa Desa Waung juga akan mampu menjadi destinasi wisata yang potensial bagi Kabupaten Nganjuk. Dukungan dari pemerintah, akademisi, komunitas CB, pengusaha ekonomi kreatif, UMKM, dan tokoh masyarakat, diyakini akan mampu membawa kemajuan.

"Jika sudah ada inisiatif dari bawah, ini sudah bagus. Pemerintah nanti tinggal jalan, memayungi saja. Ada komunitas CB yang jadi kebanggaan Nganjuk. Itu juga ada konsultan pariwisata dari kampus. Kita semua siap mendukung," demikian ujar Dr. Marhaen Djumadi. 

Kala itu, kalangan akademisi diwakili oleh Dr. Sri Endah Nurhidayati, M.Si., Dr. Bambang Suharto, M.M.Par., dan Dr. Yuniawan Heru Santoso, M.Si. Kesemuanya adalah staf pengajar pada Prodi Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga.

Memadukan Unsur Vintage dan Retro 

Puas membelah kawasan desa Waung, para pengendara Honda CB kemudian berhenti di rumah Joglo pak Manto. Sesampainya di pelataran, para rombongan langsung disambut dengan bunyi lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu warga desa Waung.

"Joko tingkir ngombe dawet, jo dipikir, marahi mumet. Joko tingkir mangan tahu, ra sih dipikir, sirahe ngelu. Ora dipikir, sirahe ngelu...". 

Lirik parikan yang menghibur itu pun, sontak menarik perhatian dari Plt. Bupati Nganjuk. Sesaat kemudian, Kang Marhaen terlihat turut memainkan bunyi-bunyian lesung bersama warga. 

Siang itu, tampak unsur vintage dari rumah joglo berpadu padan dengan unsur retro dari puluhan motor CB yang sedang diparkir rapi di pelataran. Memasuki rumah joglo, para pengunjung dapat menikmati beberapa koleksi kerajinan kayu yang sudah berusia sangat tua. Diantaranya ada meja kursi, lemari, wayang, gebyok, hingga tempat pemandian bayi. Kesemuanya terbuat dari kayu.   

Jika sudah puas menikmati koleksi rumah Joglo, para pengunjung bisa mencoba fasilitas dolanan tradisional atau sekedar duduk santai sambil bercengkrama. Pada sisi belakang rumah joglo, pengunjung juga dapat mengamati workshop pembuatan wayang dari bahan kayu. 

Wisata Kuliner Promosikan Kearifan Lokal

Pilihan lain, pengunjung dapat menikmati wisata kuliner yang didukung oleh UMKM warga desa Waung. Aneka kearifan lokal desa Waung, tertuang dalam varian masakan yang menggugah selera. Sajian sayur lodeh, sego jagung, sayur ontong, pecel, urap-urap, hingga sambel tumpang, dapat dipilih berdasarkan selera. Beberapa lauk khas desa Waung, juga dapat dinikmati bersama krupuk puli atau rempeyek.

Jika menghendaki cemilan ringan, para pengunjung dapat memilih beberapa sajian polo pendem yang dapat dinikmati bersama kopi, wedang sereh, atau minuman teh. Bahkan tempe pak Manto yang digoreng kering, juga dapat dinikmati sebagai alternatif cemilan.

Sebagai buah tangan, para pengunjung juga dapat membawa aneka keripik, gethuk, dan telur asin. Hanya saja, hal berbeda dari telur asin asal desa Waung, berbentuk mini. Hal ini karena telur asin di sana, sengaja dibuat dari telur burung puyuh.

Jika masih memiliki energi lebih, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan ke salah satu bengkel terdekat. Bengkel ini digagas oleh Yona Prasegi, Pemuda Pelopor Kabupaten Nganjuk 2022, yang diantaranya berhasil memodifikasi motor CB dari bahan limbah logam.    

Nantinya, semua UMKM di desa Waung didorong agar dapat terakomodir dengan baik. Rintisan desa wisata yang sedang dikembangkan ini, diharapkan juga mampu memberi dampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi warga.  (*)


 

Share :


Post Comment