Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Pembelajaran Asik melalui Literasi 2M

Siska Clara Puspita, S. Sos. || Guru Antropologi Sosiologi SMA Negeri 1 Bangil

Pada masa pandemi dewasa ini, kehadiran Covid-19 mendorong kebijakan suatu daerah untuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang lebih dikenal sebagai PPKM. Ketika PPKM telah memasuki level 1 atau level 2, maka dunia pendidikan pun harus adaptif dalam meresponnya. Akibatnya, banyak sekolah yang kini sudah terbias auntuk menerapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

Namun, hal ini malah melahirkan suatu fenomena baru yang didapatkan dalam kelas. Diketahui bahwa para peserta didik mengalami missing informasi. Pada saat kegiataan pembelajaran daring (online) berlangsung, peserta didik terlihat banyak yang bengong atau terdiam. Terlebih ketika diberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang diajarkan. Hasil pengamatan menyebutkan bahwa peserta didik hampir tidak pernah membaca buku. Pada temuan yang lain, diketahui bahwa mereka lebih banyak menggunakan ponselnya untuk kegiatan yang lain. Akibatnya, pengetahuan peserta didik menjadi terbatas.

Pada sisi lain, era pembelajaran Abad 21 menyiratkan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, serta penguasan terhadap teknologi. Hal ini membuat, kebutuhan terhadap literasi digital menjadi kian menonjol. Dengan literasi, peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar lebih. Siswa dapat memiliki kemampuan berpikir kreatif, kolaboratif, dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Hal ini dapat meningkatkan kompetensi dan menjadikan peserta didik memiliki karakter yang baik. Demi suksesnya kemampuan peserta didik, maka diperlukan literasi dasar. Salah satunya adalah literasi bahasa yang meliputi aktivitas membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang dianggap sulit. Namun salah satu cara agar anak memiliki keterampilan menulis adalah dengan membiasakan mereka untuk membaca. Melalui kegiatan membaca, siswa dapat menemukan ide dan gagasan untuk merangkai kata sesuai dengan apa yang dibaca.

Dengan memperhatikan ilustrasi tersebut, diperlukan strategi yang efektif guna meningkatkan minat baca peserta didik yang berdampak positif pada peningkatan hasil belajar pada pembelajaran, sebagai salah satu solusi. Di samping mengoptimalkan pemakaian gadget (laptop, handphone, tablet dan lain-lain), maka diperlukan literasi bahasa.

Literasi bahasa 2M adalah salah satu strategi yang dapat ditawarkan. Litersi bahasa 2M memiliki makna 2M adalah meringkas dan mengevaluasi. Kegiatan ini dilakukan agar mendapatkan kompetensi siswa secara utuh. Para siswa dapat menggunakan gadget-nya untuk pemanfaatan membaca mata pelajaran. Hal ini perlu dilakukan agar para peserta didik mampu menghadapi tantangan abad 21. Di satu sisi tidak menjauhkan gadget dari tangan siswa, namun tetap memberikan aktivitas literasi bagi mereka.

Best practice ini memfokuskan pada upaya peningkatan minat baca peserta didik melalui literasi yang berdampak pada peningkatan hasil belajar. Kolaborasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan literasi dan game, dapat dilakukan sebagai upaya untuk menjawab permasalahan peserta didik yang mengalami missing informasi.

Dengan literasi bahasa, maka peserta didik akan mampu bersikap kreatif, inovatif untuk memenuhi kecakapan yang dibutuhkan pada abad 21. Pelaksanaan pembelajaran asik, melalui literasi bahasa 2M dapat digunakan sebagai best practice. Hal ini diyakini mampu meningkatkan hasil belajar menyenangkan dengan disertainya game  “Estafet Jebakan.”

Misi literasi tetap dapat diselipkan, melalui konten-konten digital yang ada. Literasi media digital melalui literasi bahasa 2M, diharapkan tetap dapat mewujudkan adanya peningkatan kemampuan dari peserta didik.

 

Share :



Post Comment