Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Praktik Bisnis Koperasi, Menunjukkan Bukti Adanya Warisan Evolusi

Jika saat ini sedang marak adanya isitilah new normal, ternyata pada masa lalu, nenek moyang manusia juga telah menjalani apa yang disebut new way of life. Sekitar dua juta tahun yang lalu, spesies yang dikenal sebagai Homo habilis, telah hadir di dataran Afrika. Homo habilis dikenal sebagai kera bipedal yang memiliki tinggi sekitar empat kaki.

Bersamaan dengan kemunculan mereka, kala itu sedang terjadi pendinginan global (global cooling) yang menghasilkan lingkungan terbuka yang cukup luas. Peristiwa perubahan iklim tersebut, yang kemudian membuat nenek moyang hominid harus beradaptasi. Mereka harus menjalani new way of life, atau akan terancam binasa.

Teori Evolusi Komprehensif tentang Kerja Sama

Apa yang mereka lakukan? Selain masalah iklim, kala itu mereka juga belum mampu untuk menghadapi karnivora di masa pleistosen awal. Untuk bisa bertahan hidup, mereka mencari bangkai dari mamalia besar yang baru saja dibunuh. Beberapa bukti seperti adanya sayatan dari alat bantu potong yang berada di atas gigi karnovora, adalah hasil analisis tulang fosil yang terbaru.

Penelitian terbaru itu, dilakukan oleh Michael Tomasello, seorang psikolog yang juga menjabat sebagai co-director dari The Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman. The Max Planck Institute diberitakan oleh Eric Michael Johnson dalam Films for Action, telah melakukan penelitian selama tiga dekade, guna mengembangkan teori evolusi komprehensif terkait kerja sama dari manusia.

Bertahan Hidup, dengan Bekerja Sama

Pada masa Homo habilis, strategi bertahan hidup kemudian membawa tantangan baru. Inidividu harus mengoordinasikan perilakunya, harus bekerja sama, dan belajar tentang cara berbagi. Tindakan memungut bangkai binatang, memaksa manusia proto untuk belajar saling toleransi antar satu sama lain, dan berusaha saling berbagi dengan adil. "Individu yang berusaha untuk memakan semua makanan yang dipungut, akan secara aktif ditolak oleh yang lain, dan mungkin dijauhi dengan cara lain juga," demikian terang Tomasselo.

Menurutnya, warisan evolusi itu dapat dicermati dalam perilaku manusia modern. Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Jurnal Nature pada tahun 2011, antropolog Katharina Hamann menemukan bahwa anak yang berusia 3 tahun, telah mampu berbagi makanan secara adil, melalui upaya kerja sama. Hasilnya akan dapat lebih adil, daripada jika dilalui tanpa proses kerja sama atau ketika diperoleh dari hasil kerja individu saja.

Pada sisi lain, simpanse ditemukan tidak menunjukkan perbedaan dalam cara berbagi makanan. Mereka disebut tidak melakukan penimbunan makanan secara individual, namun juga tidak menghargai upaya kerja sama. Karenanya, Tomasselo berpendapat bahwa evolusi manusia telah membuat kita cenderung untuk melakukan kerja sama secara kolaboratif, dan memberi perasaan intuitif perihal kerja sama yang karenanya menjadi layak, untuk mendapat imbalan yang sama.

Ada Warisan Evolusi dalam Praktik Bisnis Manusia

Dalam hal ini, Michael Tomasselo bermaksud melakukan verifikasi terhadap wawasan awal yang diberikan oleh teori Darwin, sehubungan dengan perilaku bisnis di masyarakat. Pada tahun 1871 buku milik Darwin yang berjudul The Descent of Man berpendapat bahwa spesies manusia telah berhasil, karena adanya sifat-sifat seperti berbagi dan kasih sayang. 

Meski menyadari bahwa Darwin bukanlah seorang ekonom, namun Tomasselo tertarik untuk mengembangkan teori evolusi komprehensif, khususnya sehubungan dengan kerja sama antar manusia. Berbagi kekayaan dan kerja sama, tampak lebih konsisten pada kelangsungan hidup manusia. Bahkan hal itu dianggap lebih konsisten, ketimbang elitisme dan hirarki yang kini masih mendominasi kehidupan kontemporer. 

Kecenderungan Bekerja Sama, Adalah Asal Mula Pembentukan Suku Bangsa

Manusia, lebih dari primata lainnya. Manusia mampu mengembangkan adaptasi psikologis yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat mengenali anggota kelompok mereka sendiri, baik itu melalui perilaku unik, tradisi, atau bentuk bahasa. Manusia juga mengembangkan identitas budaya bersama dalam mengejar tujuan bersama.

Dikatakan oleh Tomasselo, bahwa manusia memiliki ukuran populasi besar yang unik. Jauh lebih besar daripada primata lainnya. Kecenderungan manusia untuk bekerja sama, membuatnya menjadi memungkinkan untuk tumbuh secara kuantitatif dalam kelompoknya, dan akhirnya berkembang menjadi masyarakat suku.

Tomasselo menjelaskan bahwa hasilnya adalah jenis baru yang saling ketergantungan dan adanya pikiran kelompok yang melampaui niat bersama dari hasil kerja sama skala kecil, ke semacam intensionalitas kolektif di tingkat masyarakat secara keseluruhan.

Koperasi dan Perilaku Bisnis Warisan Evolusi

Lantas, apa relasinya dengan bentuk bisnis yang ada saat ini? Dikatakan bahwa budaya perusahaan memang telah memaksakan adanya keseragaman yang diamanatkan dari atas ke bawah, ke seluruh anggota organisasi. Namun studi kasus terhadap koperasi, menjelaskan bahwa ada lembaga modern yang memiliki banyak kesamaan dengan warisan kolektif dari spesies nenek moyang manusia.

Koperasi pekerja, disebut telah mengembangkan budaya yang unik, yang diharapkan mampu mempromosikan identitas bersama di antara semua anggota, dengan lebih baik. Menurut teori Tomasselo, identitas bersama tersebut akan memunculkan kepercayaan dan kolaborasi yang lebih besar, dengan tanpa perlu dikontrol oleh pihak pusat.

Lain daripada itu, struktur dari koperasi menunjukkan adanya keterasingan dan ketidakpuasan pekerja. Telah terbentuk intensionalitas kolektif yang memotiviasi anggota untuk mengejar tujuan bersama. "Begitu mereka telah membentuk tujuan bersama, manusia berkomitmen untuk itu," demikian terang Tomasello, yang juga alumnus dari Duke University.

Koperasi, dinyatakan fokus pada usaha untuk memaksimalkan nilai bagi anggotanya. Koperasi dioperasikan oleh dan untuk masyarakat setempat. Koperasi memiliki tujuan yang jauh lebih konsisten, terkait dengan warisan evolusi yang dimiliki manusia. Seperti yang disimpulkan oleh Darwin dalam The Descent of Man, bahwa “Insting sosial yang lebih abadi, akan dapat mengalahkan insting yang kurang bertahan lama”. 

Sementara dalam organisasi perusahaan, tujuan bersama antar karyawan bukan untuk memberi manfaat bagi komunitas mereka sendiri. Namun lebih pada populasi pemodal yang jauh, yang sebenarnya tidak memiliki hubungan pribadi dengan kehidupan tenaga kerja mereka. Oleh hukum, perusahaan dipersilakan untuk memaksimalkan keuntungan bagi investor mereka.

Ke depan, ketika koperasi telah mendapatkan keunggulannya di seluruh penjuru dunia, maka teori “law of competition” milik Carnegie, diyakini akan tumbang. Spesies manusia, akan kembali ke lingkungan kolaboratif. Manusia akan kembali ke rumahnya.

 

 


Sumber:
Tulisan asli adalah karya dari Eric Michael Johnson yang menulis untuk YES! Magazine dalam filmsforaction[dot]org. Artikel ini kemudian diterjemahkan secara bebas, untuk kepentingan penyebarluasan pengetahuan.
Ilustrasi foto:
global[dot]unitednations[dot]entermediadb[dot]net

 

Share :


Post Comment