Belajar dari KBRI Wellington, Tetap Eksis di Tengah Pandemi
Meski sempat menghentikan layanan konsuler pada akhir bulan Maret 2020 lalu, namun kondisi pandemi tak menyurutkan langkah KBRI di Wellington, New Zealand, untuk berbagi pengetahuan. Bahkan Tantowi Yahya selaku Duta Besar untuk Selandia Baru, Samoa dan Kerajaan Tonga, juga telah menularkan pengalaman Selandia Baru dalam menghadapi Covid-19.
Sebagaimana dikutip dari situs resmi KBRI Wellington, pemerintah Selandia Baru bisa secara matang mempelajari langkah dari negara lain yang sudah terlebih dahulu terpapar virus Corona. "Yang paling penting adalah dukungan dari masyarakat Selandia Baru. Masyarakat sangat patuh terhadap pemerintahnya. Apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, rata-rata masyarakat selalu patuh," demikian ungkap Tantowi Yahya di depan 700 peserta seminar online tentang Change Management and Dealing with COVID19: Lesson Learned from New Zealand.
Berharap Penuhi Target Perdagangan Indonesia - New Zealand
Sejak posisi duta besar dijabat oleh Tantowi Yahya, KBRI Wellington terlihat memaparkan citra positif Indonesia secara masif. Rupanya posisi Tantowi Yahya sebagai publik figur, tengah dioptimalkan. KBRI Wellington terlihat lebih eksis ketimbang perwakilan di negara yang lain. Selain itu, KBRI Wellington kini juga bermaksud untuk memberikan stimulus terhadap aktivitas perekonomian antara Indonesia dengan New Zealand. Meski pandemi masih melanda dunia, namun Tantowi selaku duta besar tak kehilangan akal. Berbekal akun media sosial (medsos) di tangan, duta besar terlihat gencar merajut komunikasi dengan masyarakat luas.
Menurut Tantowi Yahya, Indonesia dan New Zealand memiliki target perdagangan yang tinggi, yakni sebesar NZ$ 4 triliun atau setara Rp. 40 triliun. Target tersebut harus sudah tercapai sebelum tahun 2024. Dalam rangka mengejar target itulah, KBRI Wellington terus melakukan berbagai upaya ekstra untuk mendongkrak target perdagangan dengan Selandia Baru.
"Ini bukan di supermarket atau pertokoan, tapi di ruang Gorontalo KBRI yang didedikasikan sebagai ruang pajang berbagai produk ekspor Indonesia. Para importir, trader dan masyarakat umum bisa melihar berbagai produk kita, baik yang sudah masuk maupun belum," demikian promo Tantowi Yahya melalui akun instagram miliknya.
Menurut pria kelahiran Palembang ini, ruang pamer tersebut sengaja dinamakan Gorontalo, sebagai bentuk penghormatan kepada Rachmat Gobel yang telah membantu KBRI dalam merealisasikan bangunan yang dibutuhkan. "Tempatnya seru, dibuatin kopi sama salah satu barista di sana," demikian ujar warganet yang mengaku pernah singgah ke sana.
Dikatakan oleh Tantowi, saat ini posisi perdagangan Indonesia dengan Selandia Baru berada pada angka Rp. 26 triliun. "Dan untuk pertama kalinya tahun ini nilai perdagangan kita, termasuk jasa, surplus terhadap Selandia Baru," demikian ungkap pria yang pernah menjadi anggota DPR RI selama dua periode ini.
Tantowi Yahya Pilih Manfaatkan Medsos
Jurus komunikasi massa yang dilakukan oleh KBRI Wellington, memang patut dicontoh oleh perwakilan Indonesia di negara lain. Pada masa sulit, Tantowi Yahya tetap bekerja dengan memanfaatkan jejaring medsos. Akun medsos KBRI Wellington juga terlihat aktif dalam menyebarkan informasi penting.
"Optimisme guna mendorong kemajuan dan kesejahteraan NKRI. Para millenials yang berhasil di dunia internasional, perlu terus dipromosikan melalui berbagai platform media, sebagai salah satu bagian dalam menciptakan citra positif Indonesia," demikian cuitan akun twitter dari Indonesian Embassy NZ-WS-TO pada hari Rabu (24/6) pagi. Meski dunia masih dilanda pandemi, namun misi yang dicanangkan KBRI Wellington tetap dapat ditangkap oleh masyarakat. Respon duta besar pun, terlihat cukup baik.
Hal ini terlihat dari upaya dari salah seorang warganet yang secara langsung meminta dukungan terhadap produk power transformer miliknya. Ia mengaku, bahwa saat ini produknya telah digunakan oleh banyak konsumen kelistrikan di New Zealand. Karenanya, ia berharap dukungan dari Tantowi Yahya selaku Duta Besar untuk bisa tetap membuatnya bertahan di pasar New Zealand. Tantowi Yahya pun, langsung memintanya untuk segera berkirim email.
"Pasar di sini tidak membedakan produk-produk produksi perusahaan besar atau UMKM, yang penting produknya diminati atau punya potensi disukai," demikian ujar Tantowi Yahya saat menjawab pertanyaan warganet yang berencana memasarkan produk makanan, art atau craft di sana.
Sementara untuk dapat memenuhi proses dan persyaratan, maka ia diminta untuk berkomunikasi dengan urusan ekonomi di KBRI yang bertempat di Kelburn, Wellington, New Zealand. "Untuk konsultasi produk-produk apa saja yang punya peluang, silakan komunikasi dengan bagian ekonomi KBRI Wellington, atau mereka akan saya minta untuk kontak," imbuh Tantowi Yahya kepada warganet bernama Vera.
Sementara warganet yang lain, Wahyu Kurniawan, berencana untuk memasarkan salak organik Sleman. "Silahkan, mas. Kirim ke KBRI Wellington," tanggap duta besar. Selain itu, ada juga yang bermaksud memasarkan batik yang telah dikombinasi dengan motif kedokteran.
Tentu saja hal ini membawa angin segar, bagi roda perekonomian Indonesia di tengah masa pandemi. "Ini dubes favorite beta dari dulu," tukas Dewi Yanti yang mengaku berasal dari Maluku. Ia juga berharap, agar suatu saat nanti, produk minyak kayu putih asli dari mayarakat pulau Buru, juga dapat dipajang di New Zealand.
Sumber:
Tantowi Yahya Official dalam Instagram
KBRI Welligton dalam Twitter
kemlu[dot]go[dot]id/wellington/id
Ilustrasi foto:
Tantowi Yahya Official dalam Instagram