Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Meski Masih Pandemi, Ritual Cusco di Peru Tetap Digelar

Pernah mendengar tentang suku Inka? Inka atau inca, dikenal sebagai pemilik machu picchu. Salah satu keajaiban dunia yang dibangun sekitar tahun 1450 dan baru ditemukan pada tahun 1911. Machu Picchu adalah tonggak kebudaaan kerajaan Inka yang telah ditetapkan oleh Unesco sebagai situs warisan sejarah yang harus dijaga.

Suku Inka dikenal sebagai penyembah dewa matahari. Lokasinya kini, berada di negara Peru. Meski kebanyakan warga Peru adalah pemeluk agama Katolik, namun ritual milik Inka terlihat masih diwariskan. Hal ini yang juga terjadi baru-baru ini di Cusco, ibu kota lama dari kerajaan Inka. 

Meski Pandemi, Ritual dan Perayaan Inka Tetap Digelar

Ritual suku Inka yang semula ditujukan untuk menghormati bumi, matahari dan gunung, kini dilakukan sehubungan dengan pandemi Covid-19. Di sebuah tanah lapang di kaki bukit, tampak tiga orang yang sedang berkhidmad. Satu orang memegang dupa yang dibakar, sementara yang lain memastikan kesiapan perkakas yang dibutuhkan ketika ritual berlangsung. 

Pemimpin ritual menyandang jubah warna warni, khas Peru, sambil mengenakan topi dari kain yang menjulang ke atas. Bentuknya menyerupai mahkota dengan hiasan benang warna warni yang terletak di ujung kepala dan pangkal telinga. Setelah menggali tanah, sesaat ia mengucap semacam mantera. Kemudian ia memasukkan perkakas ritual yang dibungkus oleh kain keras semacam tikar. Bungkusan itu berasal dari ritual sebelumnya yang melibatkan pengunjung yang hendak berdoa. Sebelum tanah ditutup, pemimpin ritual menyiramkan cairan yang keluar dari botol dan cawan gerabah. 

Inti Raymi adalah upacara paling penting di sana, dan dilakukan untuk menghormati matahari. Pada hari Rabu (24/6) lalu, mereka merayakan titik balik matahari pada musim dingin yang biasa terjadi di belahan bumi Selatan. Selain itu, ada juga persembahan untuk dewa lokal seperti Pachamama dan Apus, yang dipercaya melindungi desa-desa yang berada di puncak gletser.

Kali ini ritual Cusco cukup dilakukan dari rumah. Pemerintah pun mendukungnya, dengan merencakan aktivitas virtual. Mulai dari menggelar kompetisi Tik Tok dalam membuat masakan lokal, kostum tradisional, dan beberapa yang lain.

Kebetulan, walikota Cusco adalah seorang antropolog. Ia menegaskan bahwa perayaan ritual di Inka adalah hal penting yang perlu dilestarikan. "Kami adalah pewaris budaya yang telah melawan dan mengatasi kesulitan dan tragedi. Kami tidak akan menyesali diri kami sendiri," demikian ujar Ricardo Valderrama Fernandez sebagaimana telah dirilis oleh Phys Org, jejaring dari Science X Daily.

Mempertahankan Tradisi untuk Menjaga Akar Budaya Bangsa

Dikatakan oleh Zoila Mendoza, seorang antropolog dari University of California Davis, bahwa dalam budaya Inka juga terdapat kegiatan sosial yang penting. Perayaan dimulai dengan melakukan persembahan untuk Pachamama dan Apus suci. 

Selain itu, juga terdapat tradisi untuk memberikan sumbangan sebagai tanda dimulainya kegiatan sosial. Bisa sumbangan besar atau kecil, dipersilakan. Minimal bisa digunakan untuk membangun sebuah rumah. Khusus untuk perayaan tahun 2020 ini, mereka meminta kepada para dewa agar bersedia untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Ritual yang disiarkan melalui TV itu, juga menerapkan social distancing dan setiap peserta menggunakan topeng sebagai pengganti masker.

Upacara persembahan, kemudian dilanjutkan dengan festival Qoyllur Riti di Quechua. Festival yang dikenal sebagai "bintang salju" ini berlangsung selama lima hari. Para peserta festival berjalan hingga 90 km menuju kaki gunung Sinakara untuk berziarah. Penari berkostum yang mewakili makhluk mitologi Andean, kemudian mendaki hingga mencapai gletser. Hanya saja kini di atas, terdapat simbol salib yang diletakkan setinggi 1.700 meter. Salib disandingkan dengan Apu Ausangate suci yang kemudian dijadikan sebagai pusat penghormatan.

Akibat kedatangan Covid-19, festival yang biasanya mampu menarik hingga 100 ribu partisipan, kini dilakukan dengan sederhana. Hanya terdapat beberapa kelompok pribumi, yang berpartisipasi dengan berpencar. Namun demikian, masyarakat Cusco tetap bersyukur. Dengan bantuan teknologi, mereka tetap dapat melestarikan tradisi di tengan pandemi tahun ini. "Ini seperti pekan paskah di Seville," ujar Zoila Mendoza.

Sementara itu, Richar Burger memandang bahwa bagaimanapun juga, turis telah membantu melegitimasi ritual Inka. Hal itu kemudian yang membuat ada kepentingan ekonomi yang diselipkan. Selain itu, ritual bisa menjadi identitas Peru yang terhubung ke akar Inka. "Upacara-upacara ini dikenal akurat secara historis, dan merupakan cara bagi Cusquenos untuk dengan bangga menegaskan leluhur Inka mereka," tutur arkeolog dari Yale tersebut.

Pemerintah pun menyadari adanya identitas Peru yang lebih dekat kepada Inka, daripada Lima. Karenanya, mereka bermaksud memindahkan Kementrian Kebudayaan, dari Lima ke Cusco. Hal itu diharapkan, akan membuat masyarakat lebih mengenali akar negaranya, hingga mampu menjadi kekuatan besar bagi masyarakat adat. 

Pendek kata, masyarakat Peru menemukan fakta bahwa Covid-19 ternyata juga dapat mendorong tradisi untuk membantu orang lain yang sedang mengalami krisis. Pada sisi lain, terdapat kesadaran penuh dari masyarakat Peru terhadap akar budaya bangsanya.

 

 

Sumber:
Artikel asli ditulis oleh Alix Trebaol dari Columbia University dalam phys[dot]org, dan diterjemahkan secara bebas untuk kepentingan penyebaran pengetahuan. 
Fiestas del Cusco - EMUFEC Channel dalam youtube[dot]com
Ilustrasi foto:
Fiestas del Cusco - EMUFEC Channel dalam youtube[dot]com

 


 

Share :


Post Comment