Remaja Masa Kini, Cenderung Tolak Minuman Beralkohol
Siapa yang tak tahu bahaya mengkonsumsi alkohol? Meski banyak pihak yang mengetahui betapa bahayanya konsumsi terhadap alkohol, namun permasalahan penggunaan alkohol masih menjadi perhatian di masyarakat. Dinyatakan ada banyak kriminalitas atau perilaku tak terpuji lainnya yang didahului dengan konsumsi alkohol.
Remaja Masa Kini, Tak Lagi Suka Minuman Beralkohol
Namun yang menarik, sebuah penelitian dari University of Otago di Selandia Baru, menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam kebiasaan sosial dari siswa sekolah menengah di sana. Dr. Ball dan rekannya, yakni Dr. Michaela Pettie berserta Loleseti Poasa, telah mewawancarai 64 siswa berusia antara 14 dan 17 tahun di sebuah sekolah di Wellington pada tahun 2022. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan 41 siswa Christchurch yang berusia 14-17 tahun pada tahun 1999.
Dr. Jude Ball, sebagai seorang peneliti kesehatan masyarakat, kemudian berhasil menganalisis dan membandingkan perspektif terhadap konsumsi alkohol di kalangan siswa sekolah menengah dari tahun 1999-2001, hingga tahun 2022.
Ball menjelaskan bahwa terdapat lebih dari setengah dari siswa yang berada di sekolah menengah pada 20 tahun yang lalu, secara teratur mengaku minum alkohol dan pergi ke pesta pada saat mereka berada di Kelas 10. Pada Kelas 12, semuanya memiliki setidaknya beberapa pengalaman menggunakan alkohol dengan teman sebayanya.
Namun sebaliknya, ketika tahun lalu peneliti mulai mewawancarai siswa, ditemukan bahwa hanya ada satu dari siswa Kelas 10 yang mengaku minum alkohol dalam pergaulan sosialnya. “Sebagian besar tidak pernah minum lebih dari beberapa teguk alkohol. Bahkan di antara siswa Kelas 11 dan 12, sekitar tiga perempatnya berpantang, atau mengaku hanya minum secukupnya saja, pada kesempatan yang jarang dilakukan. Bahkan seringkali itu dilakukan dengan keluarga, tetapi bukan dengan temannya,” demikian ungkap Dr. Jude Ball dari University of Otago.
Hal ini menjadi menarik, mengingat mereka hidup di tengah budaya minum yang masih sangat kental. Seperti diketahui, pesta masih digunakan untuk memungkinkan kaum muda memperluas lingkaran sosial mereka, bertemu dengan calon pasangan, atau membawa persahabatan ke tingkat hubungan romantis atau seksual.
Temuan yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Asia Pasifik, Drug and Alcohol Review tersebut, menyatakan alasan di balik perubahan sikap itu. Rupanya, maraknya media sosial dan perilaku menghabiskan waktu secara online, telah menggantikan kebiasaan minum dan berpesta seperti yang biasa dilakukan oleh remaja pada 20 tahun lalu.
Saat ini, remaja dapat memperluas lingkaran sosial mereka, bertemu calon pasangan secara romantis, atau mencoba menampilkan kepribadian "nakal", bisa tampil lebih percaya diri – semuanya bisa dilakukan dengan tanpa meninggalkan rumah.
Menghindari Alkohol, Kini Lebih Bisa Diterima Secara Sosial
Dr. Ball mengatakan bahwa saat ini, meski tidak minum alkohol, mereka jauh lebih dapat diterima secara sosial di kalangan remaja daripada pada masa lalu. Pada masa dua puluh tahun yang lalu, tercipta hierarki sosial, dimana peminum alkohol berada di level di atas, sementara mereka yang tidak minum adalah kutu buku yang diletakkan di level bawah secara sosial.
Anak muda saat ini cenderung menganggap minum sebagai aktivitas berisiko tinggi dengan sedikit manfaat. Sementara di masa lalu, tidak minum alkohol menjadi berisiko secara sosial. Beberapa remaja kontemporer menganggap minum atau gaya hidup penuh pesta, sebagai risiko terhadap ambisi pribadi mereka. Selain itu kebiasaan demikian, dianggap sebagai penggunaan waktu dan uang yang tidak produktif.
Dr. Ball mengatakan terdapat kesadaran yang lebih kuat tentang risiko terkait alkohol di antara generasi dewasa ini. Hal yang menggembirakan, mereka ternyata juga lebih cenderung khawatir perihal resiko menjadi kecanduan.
“Banyak yang menyebutkan resiko kesehatan jangka panjang yang terkait dengan alkohol, termasuk kanker, kerusakan hati, dan dampak penggunaan zat pada perkembangan otak,” demikian pungkas Dr. Ball.
Perbedaan dalam cara siswa sekolah menengah bersosialisasi, akan dapat berkontribusi pada penurunan terhadap angka peminum alkohol di bawah umur selama dua dekade terakhir.
Patut diapresiasi, bahwa remaja masa kini telah memandang alkohol sebagai aktivitas berisiko tinggi dengan sedikit manfaat. Mereka juga merasa bahwa jika tidak minum, saat ini malah akan lebih dapat diterima secara sosial. Pada sisi lain, alkohol telah diangap sebagai penghalang potensi untuk ambisi pribadi mereka. Hal ini sangat kontras jika dibandingkan dengan remaja seusia mereka pada dua dekade yang lalu, yang menganggap alkohol sebagai bagian integral dari hierarki sosial mereka.
Sumber:
Drug and Alcohol Review dalam SciTech Daily
Ilustrasi foto:
Tribata News Polda Kepulauan Riau