Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Ingin Tahu Kepribadian Bayi? Peneliti Mampu Memprediksi Hingga Usia 26 Tahun

Penelitian tentang bayi, baru-baru ini kembali menjadi pusat perhatian. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk menjamin adanya peningkatan kualitas hidup manusia. Seperti diketahui, kesehatan bayi akan dapat meningkatkan harapan hidup, harapan menikmati pendidikan, dan kemudian harapan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya kelak.

Seperti telah diberitakan oleh Medical Press, baru-baru ini University of Maryland telah berkolaborasi dengan pihak College Park, Catholic University of America, dan National Institute of Mental Health, untuk melakukan penelitian bayi baru lahir. Mereka merekrut partisipan bayi pada usia empat bulan, dan kemudian menilai karakternya saat mereka telah berusia 14 bulan. 

Penelitian ini mencakup penelitian perkembangan bayi, yang berlanjut ke penelitian anak usia dini, untuk mengembangkan penelitian kepribadian manusia. Penelitian ini disebutkan menelaah sampel, sejak ia masih anak-anak, kemudian berusia dini, hingga dewasa.

Penelitian Kepribadian Bayi di Masa Depan

Pada dasarnya, penelitian tersebut berusaha untuk mengetahui peran temperamen dalam membentuk life-course dari orang dewasa. Dikutip dari Medical Press pada Senin (20/4) kemarin, disebutkan bahwa behavioral inhibition (BI) pada bayi, diprediksi akan dapat berujung pada kepribadian yang tertutup (introvert) pada saat ia berusia 26 tahun. 

Mereka yang menunjukkan sensitivitas saat berbuat kesalahan di masa remaja, dinyatakan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan internal (internalizing disorders), seperti halnya depresi dan kecemasan. Hal itu diprediksi dapat terjadi, saat kelak ia sudah dewasa. 

Penelitian ini menunjukkan bukti kuat, bahwa temperamen bayi juga akan memberi dampak pada kepribadiannya kelak, ketika ia sudah menjadi dewasa. "Penelitian kami unik. Penelitian kami menilai temperamen, pada fase sangat awal dalam kehidupan, lalu menghubunkannya dengan hasil yang terjadi lebih dari 20 tahun kemudian," ujar Daniel Pine, MD, peneliti yang juga menjabat sebagai Kepala NIMH Section on Development and Affective Neuroscience.

Temperamen Anak adalah Pondasi Kepribadian

Penelitian ini menjelaskan bahwa temperamen dipandang sebagai perbedaan individu secara biologis, dalam memberikan respon emosional dan respon perilaku terhadap dunia. Sejak menjalani masa bayi, temperamen berperan sebagai pondasi kepribadian untuk masa yang akan datang. 

Salah satu jenis temperamen khusus, dikenal sebagai behavioral inhibition (BI), yang disebut penghambatan perilaku dengan ciri-ciri seperti berhati-hati, takut, menghindar terhadap orang atau obyek, hingga kepada situasi yang belum dikenal sebelumnya. Penelitian ini menemukan BI, berada pada kondisi stabil, ketika pada masa balita dan kanak-kanak. Namun anak-anak dengan ciri BI, ia dinyatakan akan memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya gangguan berupa penarikan diri secara sosial (social withdrawal), hingga mengalami kecemasan (anxiety disorders). Hal itu jika dibandingkan dengan anak-anak yang dianggap tidak memiliki gejala BI.

Temperamen Bayi Memiliki Sifat Abadi  

Partisipan yang telah kembali saat usia 14 bulan, kemudian akan kembali diteliti lagi secara neurofisiologis pada usia 15 tahun. Lalu pada usia 26 tahun, dilakukan penilaian terkait psikopatologi, kepribadian, fungsi sosial, serta hasil pendidikan dan pekerjaannya.

Para peneliti menemukan bahwa BI yang diketahui ada pada bayi usia 14 bulan, dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mereka saat berusia 26 tahun. Diketahui nantinya, mereka akan memiliki kepribadian yang lebih tertutup, hubungan romantis yang minim dalam 10 tahun terakhir, serta fungsi sosial yang lebih rendah terhadap teman dan keluarga. 

Kondisi BI yang ditemukan pada bayi usia 14 bulan, juga dapat digunakan untuk memprediksi internalisasi psikopatologi di masa dewasa. Namun itu hanya berlaku bagi mereka yang mengalami kesalahan yang lebih besar saat berusia 15 tahun, berdasarkan hasil ERN (Error-related negativity). 

Studi ini menunjukkan adanya penanda neuorifisiologis seperti halnya semakin negatif hasil ERN, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu yang beresiko terhadap internalisasi psikopatologi di masa dewasa. Penelitian ini juga menyoroti sifat abadi dari temperamen pada usia dini, terhadap kondisinya saat dewasa.

"Kami telah mempelajari BI secara biologis, dari waktu ke waktu, dan jelas bahwa itu (memang) memiliki efek mendalam yang mempengaruhi developmental outcome," demikian pungkas Nathan Fox, Ph.D., peneliti dari University of Maryland.

 

 

Sumber:
medicalpress[dot]com
Ilustrasi foto:
pixabay[dot]com


 

Share :


Post Comment