Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Peneliti Unair Temukan Kandidat Penangkal Covid-19

Berita baik datang dari peneliti di lingkungan Universitas Airlangga (Unair). Perguruan Tinggi tertua di Indonesia Timur ini mengumumkan lima jenis senyawa yang memiliki daya ikat lebih kuat, dan diduga mampu berfungsi menjadi obat bagi penanggulangan virus Corona.

Seperti diketahui, bahwa pemerintah pusat telah menunjuk Unair sebagai salah satu lembaga di Indonesia yang dapat melakukan tes Covid-19. Tim riset itu kemudian diketuai oleh Prof. Soetjipto, dr., M.S., Ph.D. Berikutnya, pembagian gugus tugas untuk layanan pasien diserahkan kepada Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI., FINASIM, untuk identifikasi virus berada di bawah kepemimpinan Prof. Maria Lucia Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., SpMK, sedangkan untuk pengembangan produk pencegahan dan pengobatan dikendalikan oleh Prof. Dr. Ni Nyoman Tri  Puspaningsih, M.Si.

Tim Peneliti Unair Temukan 5 Senyawa Baru

Dikutip dari hasil wawancara bersama TV One, Prof. Soetjipto selaku Ketua Tim menyatakan bahwa peneliti Universitas Airlangga (Unair) telah menemukan lima kandidat yang terbaik. Menurutnya, hasil penelitian ini akan dipublikasikan terlebih dahulu, agar mendapat masukan dari peneliti nasional maupun internasional. 

"Nampaknya kelima senyawa itu, masing-masing memiliki kemiripan dengan khasiat dari Chloroquine, lalu Direct Acting Antiviral (DAA), juga yang dari golongan Avigan, favipiravir...," demikian tutur Guru Besar Fakultas Kedokteran Unair tersebut.

Secara terpisah Prof. Nyoman menambahkan, bahwa pihaknya telah memulai penelitian sejak awal bulan Februari 2020 lalu. Kala itu, tim Unair mulai berkomunikasi dengan peneliti dari Shanghai Tech University, sebagai tim yang menemukan protein pada Covid-19. Berikutnya, tim Universitas Airlangga meminta ijin untuk meneliti struktur protein Covid-19 yang telah dikerjakan oleh tim peneliti dari Shanghai Tech University.

Setelah mendapat ijin, peneliti Unair lantas melakukan sintesis terhadap senyawa-senyawa yang bisa aktif untuk menjadi inhibitor terhadap protein tersebut. "Dari ke-132 senyawa yang dilakukan dalam penelitian, kami mendapatkan 5 senyawa tunggal yang aktif, yang memberikan ikatan terhadap protein yang ditemukan oleh Shanghai Tech University," demikian ungkap Prof. Nyoman yang kini juga menjabat sebagai Wakil Rektor I Universitas Airlangga.

Diyakini Bisa Menjadi Obat untuk Covid-19

Dalam proses identifikasi dari aktivitas tersebut, peneliti Unair menemukan celah di struktur protein. "Jadi ada enzim, dimana dia bisa mengikat substrat. Virus ini substratnya adalah reseptor yang ada di sel inang manusia. Jadi dia sebagai kaki yang menempel, kemudian berdiri, mengikat reseptor dari sel inang. Nah, inilah yang kita lakukan, mensitesis inhibitor supaya dia tidak mengikat sel inang reseptor yang ada di manusia. Tetapi dia mengikat senyawa kita. Nah, senyawa kita masuk di celah, yang berarti interaksi ini menunjukkan aktivitas ikatan antara senyawa kita sebagai ligan dan molekul protein dari si virus itu. Tetapi molekul senyawa ini, betul-betul hasil sintesis dari Universitas Airlangga, yang selanjutnya menjadi kandidat," papar Prof. Nyoman sembari menunjukkan hasil penelitiannya secara visual.

Dikatakan oleh Prof. Nyoman, bahwa senyawa yang disintesis tersebut, kemudian dibandingkan dengan apa yang ada pada obat-obat yang kini sudah beredar. "Yang juga sekarang sudah digunakan, seperti misalnya di Cina, menggunakan Avigan dan Chloroquine. Dimana Avigan itu senyawa aktifnya adalah favipiravir. Kemudian ada Chloroquine, ada juga yang menggunakan Hesperidin, termasuk juga Nafamostat yang digunakan di Jepang," ujar Ketua tim pengembangan produk pencegahan dan pengobatan Covid-19 Unair ini. 

Dari hasil aktivitas pengikatan antara senyawa-senyawa tersebut sebagai bahan aktif, kemudian tim peneliti Unair coba membandingkan aktivitasnya dengan hasil sintesis yang dimiliki. Ternyata lima senyawa kandidat yang ditemukan, memiliki energi pengikat yang lebih kuat. Artinya negatifnya lebih tinggi, jika dibandingkan dengan produk yang sudah digunakan selama ini. 

"InsyaaAllah ini hasil designing, sintesis ini murni hasil riset tim Universitas Airlangga. Jadi ini belum ada. InsyaaAllah ini senyawa baru. Oleh karena itu, kami akan melakukan publikasi dulu secara ilmiah. Sebagai warga akademisi, sebagai scientist tentunya ini kami publish dulu. Nah, nanti masyarakat ilmiah internasional maupun nasional akan memberikan rekomendasi," tukas dosen Departemen Kimia, FST Unair yang satu ini. 

Setelah publikasi ilmiah yang dilakukan mendapat respon secara ilmiah, maka tahapan akan dilanjutkan dengan melakukan uji tantang ke virus dari pasien yang ada di Indonesia. Sehubungan dengan waktu yang dibutuhkan, Prof. Nyoman menjelaskan bahwa untuk sintesis senyawa, laboratorium Unair bisa melakukan dalam waktu satu hingga dua minggu. 

Menurutnya, tantangan ke depan justru terletak pada bagaimana kiat agar virus yang ada bisa dikulturkan, hingga kemudian bisa dilakukan uji tantang terhadap molekul aktif yang telah disintesis oleh peneliti Unair. "Uji tantang itu nanti, ada uji in vitro, ada uji in vivo. Tentu kita sebagai manusia berikhtiar, berusaha yang terbaik atas apa sebagai hasil penelitian yang bermanfaat bagi bangsa kita," cetus Prof. Nyoman. 

Setelah virus berhasil dikulturkan, baru pihak Unair akan melakukan uji tantang, yang memakan waktu tidak terlalu lama. Selain itu, Prof. Nyoman menyebut bahwa peneliti Unair juga harus mendapatkan whole genome dari virus tersebut.. 

"Pasti kami ingin sesegera mungkin. Virusnya ini tidak terlalu mudah untuk dikulturkan. Kami di Unair ini ada beberapa pusat riset. Salah satunya yang sudah dipercaya sebagai pusat rujukan adalah ITD (Institute of Tropical Disease). Di situlah pemeriksaan pasien-pasien positif (Covid-19) dilakukan, termasuk mengkoleksi virus-virus yang menginfeksi pasien positif yang ada di Indonesia," demikian imbuh pakar pada bidang enzim industri dan kimia organik tersebut.    

Agar tahapan-tahapan bisa dilakukan lebih cepat, maka tim peneliti Unair mengaku tidak berhenti, dan juga berharap dapat segera melakukan penelitian lebih cepat dari waktu yang sudah dijadwalkan. "Setelah kita peroleh, kita sumbangkan kepada bangsa. Bahwa Indonesia juga bisa mensintesis sendiri, senyawa-senyawa yang sebagai inhibitor Covid-19... Mudah-mudahan dalam satu tahun ke depan, itu bisa kelihatan apakah ini bisa menjadi obat yang lebih baik dari yang sudah beredar. Paling tidak, ini produk dari Indonesia," demikian pungkas Prof. Nyoman.

 


Sumber:
tvOneNews Channel dalam youtube[dot]com
Ilustrasi foto:
news[dot]unair[dot]aci[dot]d
 

 

Share :


Post Comment