Ternyata Mereka Bukan Generasi Rebahan
Beberapa waktu lalu, salah seorang artis kenamaan memposting kampanye untuk tetap tinggal di rumah, melalui akun instagramnya. Bunyi pesan berbentuk foto itu berbunyi,"Jika kamu ingin membantu Indonesia, tapi passion kamu adalah rebahan, ini kesempatan kamu". Mungkin itu hanya sekedar sindiran, sekaligus himbauan untuk tetap tinggal di rumah. Namun ternyata, mereka bukan sekedar generasi rebahan. Para generasi milenial, ternyata juga telah tergerak untuk melakukan aksi perjuangan melawan wabah Corona di tanah air.
Generasi Muda Tak Mau Tinggal Diam
Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh para muda dan generasil milenial lain, menunjukkan bahwa mereka ingin turut serta berjuang untuk menyelamatkan nasib bangsanya. Mereka yang piawai beorganisasi, menggunakan wadah organisasinya untuk melakukan aksi nyata. Sementara yang memiliki keunggulan akademik memilih untuk bergabung menjadi relawan di rumah sakit, bersama Kemendikbud, atau melakukan penelitian bersama dosen-dosennya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh BEM FK Universitas Airlangga, mereka bergotong royong untuk membuat alat pelindung wajah (face shield) selama beberapa hari. Dengan melibatkan 20 mahasiswa yang bekerja selama 5-6 jam per hari, selama dua hari mereka bisa membuat 200 face shield. Alat pelindung itu sedianya, akan diberikan kepada para dokter yang bertugas di RSUD Dr Soetomo, Surabaya.
"Karena pembuatannya mudah, semoga ilmunya bisa diterapkan juga bagi masyarakat yang ingin membantu membuat juga," tutur Erlangga Lazuardi, selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Kedokteran UNAIR, saat diwawancarai oleh Unair News di ruang sidang A, FK Universitas Airlangga.
Selain itu, ada beberapa gerakan lain yang juga dilakukan oleh kaum milenial. Diantaranya adalah kampanye edukatif yang dilakukan oleh Jaka (Jaringan Arek Ksatria Airlangga) yang bekerja sama dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Surabaya. Diberitakan, mahasiswa GMNI Surabaya juga bekerja sama dengan Laboratorium Despro ITS, untuk melakukan perakitan face shiled. Lalu ada juga aksi dari mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) yang memproduksi hand sanitizer hingga sebanyak 1.350 botol.
Kemudian ada aksi rekrutmen promotor pencegahan Covid-19. Aksi ini adalah bentuk kerja sama antara Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Jago Preventif (platform digital kesehatan masyarakat), yang kemudian menggandeng pihak MilenialFest.
Gerakan lain, datang dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Purwakarta, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), GAZA, serta Permata. Kesemuanya melakukan aksi di Purwakarta, dengan menjalankan sosialisasi serta membagikan masker dan hand sanitizer kepada masyarakat.
Tak hanya itu, ada juga aksi dari Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMIS) di Bandung, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jakarta, Forum Silaturahim Mahasiswa 165 (FOSMA) di beberapa komisariat, Gerakan Mahasiswa Cegah Covid-19 di Jakarta, aksi mahasiswa Keperawatan dan alumni Teknik Mesin Unhas di Makassar, serta sumbangan mahasiswa Poliwangi ke RSUD Blambangan di Banyuwangi.
Bahkan suporter sepak bola seperti Bonek Disaster Response Team (BDRT) di Surabaya, The Jakmania di Jakarta, Red gank di Makassar, Slemania di Sleman, dan beberapa suporter di tempat lain, terlihat saling mendukung dalam melakukan beberapa aksi sosial kemanusiaan.
Mahasiswa Relawan Dijanjikan Penyetaraan SKS
Sementara itu, apresiasi datang dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim. Menurutnya, mahasiswa relawan nantinya akan mendapatkan insentif, sertifikat, bagian dari proses co-assistant, hingga penyetaraan SKS (satuan kredit semester).
Kesemuanya itu dijelaskan dalam Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor: 254/E/DT/2020 tentang Mobilisasi Relawan Mahasiswa untuk Penanganan COVID-19. Kompetensi relawan yang dibutuhkan adalah relawan tenaga medis, tenaga kesehatan, dokter, mahasiswa kesehatan, atau yang lain sesuai kebutuhan.
"Kami paham betul bahwa risiko terkait hal ini cukup besar, namun upaya ini tidaklah akan berhasil tanpa dukungan seluruh masyarakat, terutama bagi generasi muda yang memiliki talenta-talenta yang tepat. Tidak ada paksaan. Ini adalah gerakan sukarela. Negara membutuhkan pahlawan-pahlawan medis yang berjuang bersama demi masyarakat,” demikian ujar Mendikbut seperti telah diberitakan oleh official site Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI.
Menurut menteri, para mahasiswa yang berminat akan diberikan pelatihan dan pendampingan, disiapkan alat perlindungan diri (APD), insentif dari Kemendikbud, dan sertifikat pengabdian kepada masyarakat yang dapat disesuaikan oleh Universitas masing-masing. Untuk itu, Kemendikbud mengaku telah meminta bantuan kepada Rektor untuk dapat mendorong para Dekan, guna mensosialisasikan inisiatif tersebut kepada mahasiswa, khususnya yang telah duduk di tingkat akhir.
Sumber:
kebudayaan[dot]kemdikbud[dot]go[dot]id
news[dot]unair[dot]ac[dot]id
uinsby[dot]ac[dot]id
antaranews[dot]com
editor[dot]id
pasundanekspres[dot]co
rmoljabar[dot]id
liputan6[dot]com
indonesiadermawan[dot]id
makassar[dot]terkini[dot]id
timesbanyuwangi[dot]com
persebaya[dot]id
goriau[dot]com
today[dot]line[dot]me
Ilustrasi foto:
news[dot]unair[dot]ac[dot]id