Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Penelitian Terbaru Ungkap Relasi Antara Obesitas dan Kurang Tidur

Selama ini mungkin banyak yang beranggapan bahwa kegemaran begadang, akan dapat membuat seseorang menjadi gemuk. Bahkan seperti dikatakan Rhoma Irama dalam lirik lagunya, begadang disebut dapat menyebabkan muka pucat yang dikarenakan kurang lancarnya aliran darah dalam tubuh.

Apakah Begadang Bisa Menyebabkan Obesitas?

Namun benarkah, begadang bisa membuat tubuh menjadi gemuk? Penelitian terbaru yang diterbitkan oleh PLOS Biology menemukan hal yang berbeda. Menurut mereka, justru mereka yang kurang tidur akan berpotensi menjadi gemuk. Penelitian yang telah diterbitkan akhir April tahun ini menyebut bahwa kelebihan berat badan, dapat menyebabkan kurang tidur.

"Kami berpikir bahwa tidur adalah fungsi tubuh yang mencoba untuk dapat menghemat energi dalam pengaturan atas menurunnya tingkat energi. Temuan kami menunjukkan bahwa jika Anda berpuasa selama sehari, kami memperkirakan Anda akan mengantuk, karena toko energi Anda akan dihabiskan," demikian ujar David Raizen, MD, PhD., ahli neurologi dari The Chronobiology and Sleep Institute.

Penelitian hasil kolaborasi dari peneliti asal University of Pennsylvania dan University of Nevada ini melakukan pada cacing dengan spesies Caenorhabditis elegans. Meski Reizen mengakui bahwa temuan pada cacing tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada manusia, namun cacing C. elegans telah memberikan model yang sangat baik untuk dapat mempelajari tidur pada mamalia. 

Manusia memang memiliki sirkuit syaraf yang kompleks, sedangkan cacing C. elegans hanya memiliki 302 neuron. Namun C. elegans juga memiliki neuron pengatur tidur. Selain itu, sama halnya dengan hewan lain yang memiliki sistem syaraf, maka C. elegans juga perlu tidur.

Lebih jauh dijelaskan bahwa manusia yang mengalami gangguan tidur akut, akan dapat menyebabkan adanya peningkatan nafsu makan dan resistensi insulin. Mereka yang telah kronis, disebut hanya tidur kurang dari enam jam per malam. Peneliti menyebut, mereka itulah yang lebih mungkin mengalami obesitas dan diabetes.

Selain itu, peneliti juga menyatakan bahwa kelaparan pada manusia, tikus, lalat buah, dan cacing, terbukti dapat mempengaruhi tidur mereka. Fakta ini menunjukkan, bahwa hal itu diatur, setidaknya sebagian oleh ketersediaan nutrisi. Meski demikian, diakui bahwa cara-cara kerja tidur dan makan secara bersama-sama, masih belum dapat dijelaskan dengan pasti.

Alexander van der Linden, PhD., dari University of Nevada mengatakan, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal apa yang sebenarnya dilakukan oleh tidur. Diketahui bahwa memang ada hubungan antara kurang tidur dengan kondisi kronis seperti diabetes. Namun sebenarnya ia belum dapat memastikan apakah memang benar, bahwa kekurangan tidur ternyata dapat menyebabkan kecenderungan obesitas, atau bahkan obesitas yang mungkin menyebabkan kecenderungan untuk kurang tidur.

Kemudian peneliti memodifikasi cacing C. elegans secara genetik, sehingga neuron yang mengontrol tidur dapat dimatikan. Hasilnya, cacing masih dapat makan, bernafas dan bereproduksi. Namun, ia kehilangan kemampuan untuk tidur. Karenanya, para peneliti kemudian menemukan adanya penurunan tingkat ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan peredaran energi pada tubuh.

"Itu menunjukkan bahwa tidur adalah upaya untuk menghemat energi, sehingga sebenarnya hal itu tidak malah menyebabkan hilangnya energi," ungkap David Raizen.

Simpanan Lemak dan Mekanisme Tidur

Berikutnya, penelitian terhadap gen KIN-29 pada cacing menyebut, bahwa ketika gen itu dirobohkan maka terjadi pengumpulan lemak secara berlebih. Hal ini menyerupai kondisi obesitas pada manusia. KIN-29 diketahui homolog dengan gen SIK-3 (Salt-Inducible Kinase) pada manusia.

Oleh karenanya, para peneliti menduga bahwa pelepasan simpanan lemak adalah mekanisme yang dapat mempromosikan tidur. Untuk menguji hipotesis, peneliti kembali memanipulasi KIN-29 pada cacing, sehingga terlihat mengekspresikan enzim yang bisa membebaskan lemak mereka. Hasilnya, cacing kembali dapat tidur.

Penelitian yang didanai oleh National Institutes of Health dan National Science Foundation ini, telah mampu menjelaskan adanya hubungan antara obesitas dan kurang tidur. Menurut Reizen selaku peneliti, kemungkinan memang terdapat masalah antara simpanan lemak dan sel-sel otak yang mengontrol tidur. 

Dikatakan olehnya, bahwa penelitian ini telah membawa peneliti selangkah lebih dekat untuk dapat memahami salah satu fungsi dan cara mengobati gangguan tidur. Namun peneliti juga mengakui, bahwa terdapat beberapa interaksi yang rumit sehubungan dengan pengaturan tidur, antara otak dan tubuh.

 


Sumber:
sciencedaily[dot]com
Materi asli adalah milik dan disediakan oleh University of Pennsylvania School of Medicine.
Referensi:
Jeremy J. Grubbs, Lindsey E. Lopes, Alexander M. van der Linden, David M. Raizen. A salt-induced kinase is required for the metabolic regulation of sleep. PLOS Biology, 2020; 18 (4): e3000220 DOI:10.1371/journal.pbio.3000220
Ilustrasi foto:
freepik[dot]com

 

Share :


Post Comment