Ahsan dan Hendra Persembahkan Gelar Juara Dunia untuk HUT Kemerdekaan RI
Sebuah pengembalian dari pasangan Jepang melaju tipis di sisi kiri lapangan. Beberapa saat kemudian, sebuah review dengan melibatkan kecanggihan teknologi yang dilakukan oleh official, menyatakan bahwa shuttlecock telah keluar lapangan! Stadion Basel pun bergemuruh, karena Minggu (25/8) kemarin dunia mendapatkan juara dunia ganda putera yang baru, di pertengahan tahun 2019 ini. Sebelumnya juara ganda putera 2018, dipegang oleh pasangan China, Li Jun Hui dan Liu Yu Chen.
Namun tahun ini, adalah milik pasangan ganda putera yang dikenal dengan sebutan The Daddies. Mereka adalah pasangan pebulu tangkis Indonesia, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan. Meski tak muda lagi, pasangan ganda putera Indonesia itu, berhasil memberi kado Kemerdekaan RI ke-74, dengan meraih gelar juara dunia BWF World Championships 2019 di Basel, Swiss. Pada partai final, Ahsan/Hendra mengalahkan ganda terkuat asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dengan skor 25-23, 9-21, 21-15. Dalam pertarungan lebih dari 1 jam itu, pasangan Ahsan/Hendra tampak harus berjuang sekuat tenaga untuk menundukkan wakil dari Jepang.
Bukan Gelar Pertama
Bagi pasangan gaek Ahsan/Hendra, ini sebenarnya bukan gelar juara dunia pertama mereka. Sebelumnya mereka berhasil meraih gelar juara dunia pada tahun 2013 dan 2015. Bahkan, Hendra Setiawan sebelumnya juga pernah menjadi juara pada tahun 2007, tatkala masih berpasangan dengan Markis Kido.
Dean Aziz, salah satu akun youtube yang menonton badmintonworld[dot]tv pada finals MD highlights BWF 2019 mengaku, bahwa sejak awal ia sudah menduga bahwa Ahsan/Hendra akan memenangkan pertandingan. "Ni pasangan legend, bro. Mentality pun steady... Ahsan memang explosive!" begitu tukas youtuber asal Malaysia itu.
Sejarah Kejuaraan Dunia BWF
Pada awalnya, Kejuaraan Dunia BWF diadakan berdampingan dengan Olimpiade. Sejak pertama kali digelar pada tahun 1977, kejuaraan ini sudah berlangsung lebih dari 24 edisi. Seperti diketahui, duni lebih dahulu mengenal kejuaraan All England dan pagelaran Piala Thomas dan Uber.
Ditunjuknya Swedia sebagai tuan rumah pada tahun 1977, adalah langkah pertama untuk menggelar kejuaraan yang akan tumbuh sebagai tradisi global. Bahkan pada saat edisi keempat berlangsung, BWF World Championships sudah diikuti oleh negara-negara yang berasal dari tiga benua.
Pada awalnya kejuaraan ini adalah event tiga tahunan. Setelah Denmark meraih tiga dari lima gelar kejuaraan 1977, maka Indonesia kemudian menjadi tuan rumah di tahun 1983. Pada edisi berikutnya, China tampil begitu mendominasi dengan merebut kelima medali yang disediakan. Usai edisi ketiga pada tahun 1983, kejuaraan ini menjadi event dua tahunan. Namun dua dekade sejak 1984, maka kejuaraan dunia 2006 di Madrid menjadi tanda, bahwa kejuaraan BWF akan digelar setiap tahun. Saat Olimpiade berlangsung, maka event ini akan menjalani masa istirahat.
Dengan demikian, Olimpiade tetap akan mengambil alih kejuaraan dunia sebagai event utama di musim panas. Saat ini, kejuaraan dunia dinilai lebih merata. Sejak edisi tahun 2013 dan 2014, pebulutangkis dari negara lain, mulai berusaha menggugurkan dominasi China. Di tunggal puteri ada Thailand, Jepang, India dan Spanyol. Lalu ada Jepang, Korea, Indonesia, dan Denmark yang cukup kuat untuk bertarung di ganda puteri. Pada tunggal putera, ada pesaing China dari Denmark, Korea Selatan, dan Indonesia. Sementara pada ganda putera, didominasi oleh pasangan China, Indonesia, dan Jepang.
Sumber:
bwfworldchampionships[dot]bwfbadminton[dot]com
aceh[dot]tribunnews[dot]com
Ilistrasi foto:
badmintonworld[dot]tv dalam youtube[dot]com