Menduga Penyebab Jalan Ambles di Surabaya
Selasa (18/12) malam, jalan raya Gubeng di Surabaya, tiba-tiba ambles. Hal ini tentu mengejutkan. Namun yang patut disyukuri, adalah tidak adanya korban jiwa pada kejadian malam hari tersebut. Padalah Jln. Raya Gubeng termasuk salah satu jalan di Surabaya yang hampir tidak pernah tidur.
Akibat kejadian bencana di Palu beberapa waktu lalu, beberapa pihak dengan cepat menduga likuifaksi adalah penyebab amblesnya Jln. Raya Gubeng di Surabaya. Namun, benarkah demikian? "Ada dugaan kesalahan dalam pelaksanaan konstruksi. Jadi kita besok kita pastikan dengan tenaga ahli dan penangungjawabnya dari Jakarta," demikian ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi, seperti dikutip dari detik[dot]com.
Penyebab Jalan Ambles
Pencarian penyebab atas amblesnya Jln. Raya Gubeng di Surabaya, tentu tidak bisa dilakukan dalam sekejap. Bahkan permasalahan yang terjadi, tak cukup hanya melibatkan pakar teknis sipil saja, namun juga perlu melalui proses penelitian pada bidang lingkungan dan yang lain. Lapisan tanah dan kondisi geologi setempat, juga perlu menjadi perhitungan tersendiri. Keterlibatan ahli sejarah, arkeologi dan bahkan antropologi, juga dapat disertakan.
Ada baiknya kita menelusuri kejadian amblesnya bus di Norwegia pada tahun 1988 silam. Menurut Frank Davey, seorang chartered building dan evaluation surveyor, ia menjelaskan bahwa Norwegia memang sebelumnya dikenal memiliki kasus penurunan tanah. Namun demikian, tetap perlu dilakukan penelitian khusus. Misalnya, rumah-rumah yang dibangun di sekitar jalan ambles, itu berada di atas tanah yang sebelumnya diratakan, atau dibangun di atas tanah yang sengaja ditimbun? Jika pondasi dibangun di atas tanah yang telah mengalami pemadatan secara alami, lalu terjadi kejadian ambles, maka hal itu bisa disebut sebagai subsidence.
Jika merujuk pada kasus yang terjadi di Norwegia, ditemukan beberapa penyebab utama atas amblesnya Earlham Road, yang sempat membuat sebuah bus terperosok kala itu. Pertama, adanya local washing away, yang kemudian menjadi penyebab gangguan terhadap sub lapisan tanah setempat. Kedua, terjadi disebabkan oleh adanya rongga atau keberadaan bangunan bawah tanah. Pada kasus di Surabaya, misalnya dapat dimungkinkan akibat adanya pembangunan parkir bawah tanah. Penyebab ketiga, bisa dikarenakan oleh adanya penyusutan sub-tanah. Pada penyebab ketiga ini, tidak lazim dialami, sehingga dapat terjadi pada tempat tertentu saja.
Gangguan pada lapisan tanah, bisa disebabkan oleh adanya air bawah tanah, yang keluar dari saluran air kota atau pipa air yang bocor. Terlebih pada beberapa kota tua, hal ini sangat memungkinkan untuk bisa terjadi. Namun pada beberapa kasus, kebocoran itu, yang misalnya diakibatkan oleh kebocoran selokan air, tidak sempat diperbaiki atau ditemukan, sehingga membiarkan tanah untuk menstabilkannya secara alami. Jika merujuk pada kasus di Norwegia, ternyata di sana berhasil ditemukan beberapa saluran air tua yang tertimbun di sekitar kota, sehingga kemudian menjadi penyebab serentetan masalah penurunan tanah, yang terjadi pada era tahun 1970-1980an di sana.
Pada beberapa studi lain, keberadaan terowongan bekas penambangan, juga bisa menjadi penyebab. Bahan kapur yang digunakan untuk adukan semen saat menyusun batu bata pada bangunan terowongan, diketahui dapat menyebabkan masalah jangka panjang. Air yang berhasil keluar dari terowongan tua, kemudian akan dapat membuat kerusakan. Gerakan tanah dapat menyebabkan arus air di terowongan menjadi pecah, dan kemudian dapat menyebabkan bencana kota.
Beberapa kasus serupa, disebut hanya sebagai gerakan tua. Pada kejadian, lain diketahui terjadi keretakan-keretakan pada kompleks rumah yang dibangun di atasnya. Perbaikan beberapa properti yang disebabkan oleh amblesan, dikenal akan memakan waktu lama dan berbiaya mahal. Pada banyak kasus, pembongkaran adalah satu-satunya cara yang paling memungkinkan.
Bagi pembeli properti di kawasan seperti ini, berdasarkan pengalaman di Norwegia yang telah merenggut korban jiwa, disarankan untuk melakukan survei lokasi terlebih dahulu. Dalam hal ini tidak hanya terkait survei bangunan rumahnya, namun juga disarankan untuk mengobservasi kawasan geologi sekitarnya.
Bagi pemerintah, hal yang paling memungkinkan adalah dilakukan kajian menyeluruh. Hasil dari kajian tersebut, diharapkan dapat menentukan titik-titik amblesan yang berbahaya bagi warga kota. Langkah berikutnya, dapat diberikan asuransi bagi mereka yang tinggal di kawasan rawan amblesan.
Sumber: edp24[dot]co[dot]uk dan detik[dot]com
Foto: edp24[dot]co[dot]uk