Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Polusi Udara, Pengaruhi Kebahagiaan Warga Kota

Indonesia juga mengalami masalah polusi udara yang mengkhawatirkan. Beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan yang lain, telah merasakan dampak yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Beberapa kota industri, seperti Bekasi, Tangerang, Gresik, Mojokerto, dan yang lain, tentu juga telah merasakan polusi udara yang disebabkan oleh industri. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Helen Knight sebagai  MIT News correspondent, diketahui bahwa ternyata ada keterkaitan antara polusi udara dengan tingkat kebahagiaan dari warga kota.

Kerusakan yang Disebabkan oleh Polusi Udara 

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa polusi udara dapat merusak kesehatan, kinerja kognitif, produktivitas tenaga kerja, dan keluaran dari pendidikan. "Polusi udara juga memiliki dampak yang lebih luas pada kehidupan sosial dan perilaku masyarakat, " ujar Siqi Zheng, Associate Professor dari Departemen Urban Studies and Planning and Center for Real Estate.

Menurut Zheng, polusi juga memiliki biaya emosional. "Orang-orang tidak bahagia, dan itu berarti mereka dapat membuat keputusan yang tidak rasional," demikian ungkap Direktur Fakultas pada MIT China Future City Lab ini.

Dikatakan olehnya, bahwa untuk menghindari polusi yang tinggi, biasanya orang akan pindah ke kota lain yang lebih bersih, atau memiliki kondisi yang lebih hijau. Beberapa yang lain memilih membeli peralatan pelindung seperti masker wajah, pembersih udara, atau menghabiskan sedikit waktu di luar rumah.

Dalam penelitian yang dipimpinnya, Zheng menyertakan Jianghao Wang dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, Matthew Kahn dari University of Southern California, Cong Sun dari Shanghai University of Finance and Economics, serta Xiaonan Zhang dari Tsinghua University, Beijing, China. 

Melalui penelitiannya, Zheng bermaksud mengeksplorasi efek dari polusi udara terhadap kehidupan sehari-hari dari mereka yang tinggal di kota-kota di China yang udaranya dianggap telah tercemar. Para peneliti berusaha mengamati perubahan tingkat pencemaran yang mempengaruhi kebahagiaan orang yang tinggal di 144 kota di China.

Hubungan antara Polusi Udara dan Tingkat Kebahagiaan

Menurut Zheng, pada masa lalu biasanya tingkat kebahagiaan diukur dengan menggunakan kuesioner. Namun melalui penelitiannya, media sosial dipandang dapat memberikan ukuran waktu yang nyata terhadap tingkat kebahagiaan orang, dan mampu menyediakan sejumlah besar data yang dibutuhkan, pada banyak kota yang berbeda. Guna mengukur tingkat kebahagiaan, tim peneliti menerapkan machine-learning algorithm untuk dapat menganalisis 210 juta tweets yang diambil dari platform microblogging terbesar di China.

Penelitian ini menemukan adanya korelasi negatif yang signifikan antara tingkat polusi dan kebahagiaan. Wanita, ditemukan lebih sensitif terhadap tingkat polusi. Demikian pula, mereka yang berpenghasilan tinggi. Mereka yang peduli terhadap kesehatan dan kualitas udara, cenderung pindah ke kota yang bersih. Sementara mereka yang berada di kota yang sangat kotor, bersikap lebih sadar terhadap ganguang kesehatannya. 

Peneliti meyakini, terdapat hubungan yang kuat, antara kualitas udara dan kebahagiaan, sebagai ukuran subyektif dari kesejahteraan. Pada hari-hari dengan tingkat pencemaran yang tinggi, warga kota lebih mungkin terlibat dalam perilaku impulsif dan beresiko, yang kemudian mereka sesali. Hal ini disebut oleh Zheng, sebagai akibat dari depresi dan kecemasan jangka pendek. Temuan mereka tersebut, diterbitkan tanggal 21 Januari 2019 ini di jurnal Nature Human Behaviour. 

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Tidak Berdampak Terhadap Kepuasan Penduduk Kota

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hong Kong University, menemukan bahwa polusi udara di China telah menyebabkan rata-rata 1,1 juta kematian prematur setiap tahunnya, dan menelan biaya ekonomi hingga $ 38 miliar. Jadi,  meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan di China mencapai angka 8 persen, namun tingkat kepuasan di antara populasi perkotaan di sana, belum meningkat sebanyak yang diharapkan.

Di samping layanan publik yang tidak memadai, harga rumah juga didapati melonjak. Selain itu terdapat kekhawatiran terhadap keamanan pangan dan polusi udara yang disebabkan oleh industrialisasi di China. Di sana juga terjadi kasus pembakaran batu bara, dan meningkatnya penggunaan mobil yang tentunya juga meberikan dampak signifikan terhadap kualitas hidup di daerah perkotaan.

Sumber: In China, a link between happiness and air quality: Moods expressed on social media tend to decline when air pollution gets worse, study finds dalam news[dot]mit[dot]edu

Ilustrasi Foto: news[dot]mit[dot]edu

Share :


Post Comment