Lalat Tsetse di Afrika, Kini Dapat Dikendalikan
Pernah mendengar nama lalat Tsetse? Lalat ini dikenal luas di Afrika, kerena mampu menyerang sekitar 10 juta Km persegi di sekitar Sahara. Gigitannya akan mampu mengirimkan parasit trypanosome yang kemudian dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Ada yang baru dari upaya penanganan terhadap lalat Tsetse ini. Seperti telah diberitakan oleh Public Library of Science dalam medicalxpress[dot]com, disebutkan bahwa peneliti dari PLOS Neglected Tropical Diseases, berhasil menemukan rekayasa kain berwarna yang lebih baik, untuk lalat Tsetse sebagai target. Hal ini dilakukan berdasakan pemahaman bagaimana lalat dalam melihat warna.
Pengendalian Lalat Tsetse
Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan upaya untuk mengendalikan lalat Tsetse melalui pembuatan panel besar berbahan kain katun yang berwarna hitam dan biru. Panel sebagai sasaran, kemudian dilapisi dengan insektisida, sehingga ketika lalat tertarik, maka ia akan terkena dosis yang sekiranya dapat membunuhnya.
Berikutnya, diketahui bahwa polister berwarna biru dinilai kurang efektif dalam menarik lalat Tsetse. Roger Santer dari Aberystwyth University, kemudian mulai meneliti bersama rekan-rekannya, agar fotoreseptor lalat, dapat merespon beberapa kain berwarna, sehingga dapat ditentukan sifat warna yang paling menarik perhatian, dari sang lalat. Berdasarkan prinsip-prinsip yang dianggap mampu untuk menarik lalat, maka kemudian dibuatlah kain polister yang efektif terhadap lalat, berdasarkan prinsip-prinsip rekayasa ketertarikan lalat.
Kain berwarna Ungu, dapat Lebih Menarik
Beberapa sasaran polister kemudian dibandingkan dengan target standar yang dibuat dari kapas hitam. Penelitian menemukan, bahwa polister berwarna biru, sama efektifnya ketimbang kapas hitam. Hal ini menunjukkan bahwa polister juga dapat digunakan untuk mengendalikan Tsetse di Sabana. Kedua, bahwa warna ungu diketahui dapat lebih kuat dan efektif dalam menarik lalat.
"Hasil kami menunjukkan bahwa model berbasis fotoreseptor dapat digunakan untuk merekayasa kain dengan daya tarik yang lebih besar kepada (lalat) Tsetse, dan menunjukkan bahwa kain ungu yang dikembangkan dalam penelitian ini, lebih kuat dan efektif untuk target terhadap spesies sabana," ujar peneliti.
Sumber:
medicalxpress[dot]com
phys[dot]org
Ilustrasi Foto:
medicalxpress[dot]com