Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Ternyata Sacred Ibises, Tidak Diternakkan oleh Bangsa Mesir Kuno

Sally Wasef dan beberapa koleganya dari Griffith University, Australia, merilis bahwa Sacred Ibises (burung Ibis yang dikorbankan), ternyata tidak diternakkan. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Plos One, burung Ibus tersebut hanya dikumpulkan dari habitat alaminya, untuk kemudian dikorbankan dalam sebuah upacara ritual.

Diketahui sebelumnya, bahwa dalam Katakombe di Mesir banyak dipenuhi oleh tubuh mumi dari Sacred Ibises. Memang, dalam rentang waktu 664 SM sampai dengan 250 M, burung-burung telah lazim digunakan sebagai obyek untuk dikorbankan dalam ritual khusus. Biasanya, digunakan dalam ritual yang ditujukan kepada dewa Thoth. Jika ditelisik, terdapat jutaan burung yang ditumpuk hingga ke langit-langit.

Namun pertanyaannya, dari mana bangsa Mesir kuno mendapatkan begitu banyak burung Ibis? Beberapa teks kuno, memungkinkan telah diterapkannya peternakan jangka panjang dan domestikasi.

Studi Wasef pada Katakombe di Mesir

Hasil penelitian yang dilakukan Wasef, ternyata berkata lain. Timnya melaporkan bahwa berdasarkan genom dari mumi Ibis, diketahui bahwa para pemuka agama di Mesir, ternyata melakukan penjinakan burung ibis liar di danau dan lahan basah, dalam jangka pendek. Hal ini menyangkal perkiraan sebelumnya, bahwa burung ibis yang hendak dijadikan kurban, diternakkan dalam skala besar, sebagaimana sebuah industri peternakan burung.

Untuk menunjang penelitiannya, Wasef mengumpulkan DNA dari 40 spesimen burung Ibis yang diambil dari enam katakombe Mesir yang berasal dari 2.500 tahun yang lalu. Selain itu, dilakukan pula pengambilan 26 spesimen burung ibis modern, yang tersebar di seluruh Afrika. Data tersebut, kemudian dibandingkan, terkait dengan keberagaman genetik, yang ditemui di populasi liar dengan koleksi mumi ibis yang telah dikorbankan.

Logikanya, burung yang didomestikasi dan diternakkan, akan menghasilkan keanekaragaman genetik yang rendah. Hal ini dikarenakan, proses kawin antar burung ibis berlangsung di populasi yang terbatas. Namun penelitian Wasef menyatakan sebaliknya. Keragaman genetik dari mumi burung ibis, ternyata sama dengan hasil keragaman genetik darik populasi liar di alam modern.

Hal ini menunjukkan, bahwa burung-burung Sacred Ibises bukanlah hasil dari peternakan terpusat. Burung-burung itu, diasumsikan bersumber dari program penjinakan dalam jangka pendek. Sepertinya, burung-burung tersebut cenderung dipelihara di habitat alami. Kemungkinan yang lain, burung-burung ibis itu diternak hanya pada saat-saat tertentu, ketika dibutuhkan untuk ritual pengorbanan.

 

Sumber:
sciencedaily[dot]com
Ilustrasi foto:
hurriyetdailynews[dot]com

Share :


Post Comment