Lingkar Berita Pendidikan Indonesia

Paparan Cahaya Biru, Dapat Percepat Proses Penuaan

Anda adalah pekerja di era digital? Selalu bersentuhan dengan telepon atau komputer? Maka, bersiap-siaplah mencerna penelitian terbaru dari Oregon State University kali ini. Berikutnya, segera lakukan antisipasi. Amankan hidup dan diri anda!

Penelitian terbaru yang dikerjakan oleh Oregon State University baru-baru ini, mengisyaratkan tanda bahaya bagi mereka yang terkena paparan cahaya biru (blue light) secara berkepanjangan. Bahkan cahaya itu tetap akan mampu mempengaruhi umur anda, meski tidak terpapar secara langsung ke mata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, panjang gelombang biru yang dihasilkan oleh dioda pemancar, akan dapat merusak sel-sel di otak, termasuk yang ada di retina.

Penelitian dilakukan pada Lalat Buah

Penelitian yang dipublikasikan pada hari Kamis (17/10) baru lalu, melibatkan beberapa organisme seperti lalat buah. Bagaimana lalat merespons paparan terhadap cahaya LED biru, diteliti hingga 12 jam setiap harinya. Cahaya LED yang digunakan, mirip dengan panjang gelombang biru yang biasa terdapat pada telepon seluler dan tablet. Hasilnya, paparan cahaya tersebut, dapat mempercepat proses penuaan.

Ditemukan bahwa lalat yang memiliki siklus harian 12 jam dalam cahaya, dan 12 jam dalam kegelapan, akan memiliki durasi kehidupan yang lebih pendek. Hal itu jika dibandingan dengan lalat yang disimpan di dalam kegelapan secara total. Penelitian ini, juga membandingkannya dengan lalat yang disimpan dalam cahaya dengan gelombang biru yang disaring. 

Lalat yang terpapar cahaya, diketahui mengalami kerusakan pada sel retina dan neuron otak, sehingga telah mengganggu pergerakan mereka. Kemampuan lalat, untuk memanjat dinding dan perilaku umum lainnya, menjadi berkurang.

"Fakta bahwa cahaya mempercepat penuaan pada lalat sangat mengejutkan bagi kami pada awalnya," ungkap Giebultowicz, seorang profesor biologi integratif. Menurutnya, tim peneliti juga telah mengukur ekspresi dari beberapa gen lalat, hingga menemukan respon stres. Hipotesis yang muncul, adalah adanya cahaya yang mengatur gen-gen, sehingga terdapat gen pelindung yang kemudian diekspresikan oleh lalat, ketika ia diletakkan di dalam ruang bercahaya. 

Diketahui, meski cahaya tanpa memiliki spektrum biru sekalipun, tetap akan dapat memperpendek umur lalat. Namun, diketahui bahwa cahaya biru, dapat memperpendek umur lalat secara lebih dramatis.

Namun demikian, cahaya alami tetap dibutuhkan untuk siklus 24 jam pada proses fisiologis. Yaitu seperti produksi hormon, aktivitas pada gelombang otak, dan regenerasi sel yang diakui sebagai faktor penting dalam mengatur pola makan dan tidur.

Teknologi LED memang belum sepenuhnya dijalankan. Oleh karena itu, LED yang biasa digunakan untuk memancarkan cahaya dalam spektrum biru, ternyata diketahui sebagai pemancar sebagian besar dari cahaya biru. Dikatakan oleh Giebultowicz, bahwa lalat pun, jika diberi pilihan, maka ia akan menghindari cahaya biru.

Lensa Kuning dapat Menjadi Solusi

Untuk meningkatkan tenggang usia manusia, maka peneliti berharap dapat merancang spektrum cahaya yang lebih sehat. Jadi tidak hanya mencari teknologi yang dapat membuat agar dapat tidur lebih baik, namun juga memperoleh hasil kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan. Sebagai solusi, para peneliti menyarankan penggunaan kacamata dengan lensa kuning, yang diketahui mampu menyaring cahaya biru, sehingga retina menjadi aman terlindungi. Selain itu ponsel, laptop, atau perangkat lain, dapat segera diatur untuk dapat memblokir emisi biru yang dipancarkan.

"Di masa depan, mungkin ada telepon yang secara otomatis menyesuaikan tampilan mereka, berdasarkan lama penggunaan yang dirasakan oleh telepon. Ponsel seperti itu mungkin sulit dibuat, tetapi mungkin akan berdampak besar pada kesehatan," demikian pungkas Trevor Nash selaku lead author.


Sumber:
Materi ini adalah milik Oregon State University, yang pertama kali ditulis oleh Steve Lundeberg dalam sciencedaily[dot]com

Ilustrasi Foto: images[dot]theconversation[dot]com

Share :


Post Comment